Monday, June 20, 2011

مَنْ جَدَّ وَجَدَ

Barangsiapa bersungguh-sungguh ia akan mendapatkannya
Mahfudzot ini adalah mahfudzot nomor kedua. Yang ini mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita. Memang ini sudah menjadi judul sebuah buku yang best seller. Tapi tahukah anda arti sebenarnya dari kata-kata di atas?
“Jadda” secara harfiah memang bersungguh-sungguh. Namun bersungguh-sungguh yang bagaimanakah ia? “wajada” yang artinya mendapatkan juga mendapatkan apa?
Dari kamus Bahasa Arab, Al-Munjid, kucari kata-kata “jadda”. Ternyata artinya memberikan sebuah penekanan yang lebih spesifik yakni tingginya usaha seseorang baik dari segi kuantitas dan kualitas. Itulah “jiddiyah” atau kesungguhan. Sungguh-sungguh yang “jadda” harus memenuhi dua kualifikasi ini.
Ia harus menunjukkan frekuensi yang rutin yang lebih dari usaha pada umumnya sehingga ia layak dinyatakan sebagai sesuatu yang “jadda”. Bila ia masih dijumpai sebagai sesuatu frekuensi yang umum maka ia belum layak dikategorikan sebagai “jadda”. Bila seorang penulis ingin dikatakan sebagai seseorang yang benar-benar bersungguh-sungguh maka ia harus menunjukkan dengan usaha yang frekuensinya melebih penulis pada umumnya. Bila seorang atlet ingin dikategorikan sebagai sesuatu yang benar-benar sungguh-sungguh, maka ia harus melatih dirinya melebihi atlet-atlet pada umumnya.
Namun tidak cukup dengan frekuensi. Kualitas juga berpengaruh penting. Orang yang bersungguh-sungguh tidak hanya membutuhkan rutinitas yang lebih, tapi rutinitas yang memang berkualitas. Rutinitas yang memang membuat dia layak mendapatkan hasil yang cemerlang. Sebuah usaha yang diikuti dengan pengetahuan, keahlian yang mumpuni akan memberikan hasil yang maksimal. Kalau dalam bahasa kerennya lebih dikenal dengan kerja cerdas.
Bila seseorang telah berusaha dengan kedua kualifikasi “jadda” maka ia akan “wajada” menemukan sesuatu yang sebelumnya hilang. Dalam kata lain, ia akan mendapatkan sesuatu yang sebelumnya pernah ditemukan namun hilang. Dengan “Jadda” ia akan menemukan hal tesebut sebagai hasil yang cemerlang meskipun tujuan yang ia impikan belum berhasil ia temukan.
Betapa banyak penemuan yang besar ternyata dari hasil kerja keras yang sebelumnya ia tidak berharap menemukan hal tersebut. Ia sebenarnya mengharapkan hal yang lain, namun karena kerja keras dan kerja cerdasnya ia menemukan sesuatu yang jauh lebih besar dari yang ia impikan sebelumnya.
Sudahkah kita ber-“Man Jadda Wajada”. Sudahkah kita berusaha lebih sering dan lebih berkualitas dari kebanyakan manusia? Bila sudah niscaya kita akan menemukan sesuatu yang cemerlang yang hilang dalam kehidupan kebanyakan manusia.
Wallahu A’lam Bish Showab

Friday, June 17, 2011

Brand Gak Cuma Logo Thok

(judul asli: A Logo Is Not a Brand)

Banyak orang datang ke Dan Pallotta untuk meminta dibuatkan sebuah logo baru bagi perusahaan mereka. Mereka sering menganggap bahwa dengan logo baru berarti mereka memiliki brand baru. Dari Wikipedia dijelaskan bahwa yang namanya brand adalah identitas khusus dari produk, layanan atau bisnis.

Banyak orang mungkin mengartikan merek. Tapi untuk kali ini aku lebih menggunakan kata 'brand' saja.

Kebanyakan orang tidak mengerti bahwa yang namanya brand itu bukan logo thok. Tapi lebih dari sekedar itu. Berikut adalah penjelasan dari Pak Dan Pallotta.

Strategimu adalah Brand

Bila kita consumer brand, brand adalah produk kita dan cerita-cerita yang datang dengan produk itu. Maka misal kita memiliki produk yang rusak setelah dua hari dipakai, maka itulah brand kita. Keseriusan adalah brand. Dulu 1969 Nasa tidak punya logo yang bagus. Tapi ia punya brand. Kini ia punya logo yang lebih mengkilat, tapi brand-nya tidak memiliki makna sama sekali.

Cara Mengajak untuk Bertindak adalah Brand

Bila kita adalah sebuah organisasi sosial, banyaknya "Likes" di Facebook bukanlah sebuah sesuatu yang layak sebagai sebuah strategi. Hal-hal yang kita minta kepada konstituenlah yang menunjukkan Brand kita.

Customer service adalah Brand

Bila ada calon donatur yang menghubungi organisasi kita dan bersemangat, tapi kemudian diminta menunggu sampai kapan tidak jelas menunjukkan brand kita. Bila dalam sebuah acara dengan para donatur, mereka tidak dapat mengerti apa yang kita sampaikan dan kita tidak perduli menunjukkan itulah brand kita.

Cara kita berbicara adalah Brand

Bila ternyata website kita berisi tentang banyak hal yang tidak update itulah brand kita. Kalau pesan kita hanya berisi jargon-jargon, singkatan yang tidak penting berarti begitulah sebenarnya brand kita.

Semua sarana komunikasi kita adalah Brand

Bila ada lembaga yang neon box-nya masih bantuan tali rafia itulah pula brand-nya. Bila website kita ketika diklik malah error itulah brand kita.

Orang yang di lembaga kita adalah Brand

Orang-orang yang bekerja di lembaga adalah brand dan mewakili kita kepada masyarakat. Bila mereka bisa bekerja dengan baik dan terarah, teratur, itulah brand kita. Begitu juga sebaliknya. Bila ternyata kerja mereka hanya melakukan sesuatu yang tidak jelas. Itulah juga brand kita.

Fasilitas kita adalah Brand

Apakah fasilitas kita tercukupi untuk melakukan tugas-tugas yang dibutuhkan? Itu menggambarkan brand kita.

Logo dan gambaran juga adalah Brand

Brand yang besar layak mendapatkan logo yang bagus dan eye catching.
Intinya, brand adalah memberikan perhatian pada pekerjaan kita pada tiap levelnya, dengan detil mulai dari visi-misi, tenaga kerja, pelanggan dan interaksi yang akan kita jalankan, betapapun kecilnya hal tersebut.

Kita sadar atau tidak, punya logo yang keren atau tidak. kita punya brand. Pertanyaannya adalah apakah itu brand yang kita inginkan.

http://blogs.hbr.org/pallotta/2011/06/a-logo-is-not-a-brand.html
Dan Pallotta is an expert in nonprofit sector innovation and a pioneering social entrepreneur. He is the founder of Pallotta TeamWorks, which invented the multiday AIDSRides and Breast Cancer 3-Days. He is the president of Advertising for Humanity and the author of Uncharitable: How Restraints on Nonprofits Undermine Their Potential.

Thursday, June 16, 2011

Masih tentang SDN Gadel

Kasus SDN Gadel semakin lama semakin tambah seru. Banyak komentator memberikan komentarnya. Tapi dari sekian banyak komentar yang ada aku suka komentar dari Mas Anis Baswedan. Semua ini sebenarnya sebuah hasil dari proses yang berlangsung selama bertahun-tahun. Bila kita tidak sadar dan masih meneruskan proses ini maka hasil yang lebih buruk akan terjadi. Kira-kira seperti itulah.

Pikiran lain yang terlintas adalah teringat kisahnya Umar. Umar ngotot ke Rasulullah kenapa harus berhijrah dengan diam-diam. "Bukankah kita ini yang benar?? Bukankah ada Allah bersama kita??" Ungkap Umar. "Bila memang kita ini yang benar kenapa harus takut?" Akhirnya dibuktikan oleh Umar bin Khattab seorang diri sahabat yang lain berhijrah dengan bersembunyi.

Ada juga kejadian ketika perjanjian Hudaibiyah. Saat Rasulullah diminta untuk tidak datang tahun ini untuk haji. Rasulullah menyetujui permintaan pihak Makkah. Lagi-lagi Umar tidak setuju. "Apakah kita ini lemah? Apakah kita ini tidak berada dalam kebenaran yang dijamin oleh Allah?". Rasulullah tidak bergeming, meski ditantang oleh kefaqihan Umar. Para sahabat pun terdiam ketika melihat Umar 'menantang' Rasulullah. Rasulullah pun akhirnya tetap menjalankan keputusannya.

Bayanganku, mungkin Bu Siami mengalami kondisi yang sama dialami oleh Umar. Menurut pengetahuannya ia berada di atas kebenaran. Kenapa mesti takut? Kenapa Ia mesti gentar?

Kejadian ini adalah sebuah kejadian yang sengaja diperlihatkan oleh Allah. Sebagian besar kita mungkin sudah tahu bahwa kejadian yang sebenarnya dilaporkan oleh Bu Siami sudah menjadi rahasia umum. Pihak sekolah tidak ingin siswanya tidak lulus adalah sebuah hal yang lumrah. Pihak sekolah meminta agar ada contekan yang sistematis juga adalah hal yang lumrah terjadi. Bagi yang menolak ada kejadian ini mungkin patut dipertanyakan berapa lama ia tinggal di Indonesia.

Untuk mengganti hal yang lumrah terjadi walaupun jelek butuh proses yang panjang. Karena budaya tersebut juga dibangun pada waktu yang lama. Kecuali memang ada orang yang seperti Umar bin Khattab yang tak tergoyahkan. Harus ada tokoh yang memiliki kekuatan digdaya baik di sisi intelektual, kekuasaan, dan finansial tapi yang terutama kekuatan moral.

Masih ada orang seperti 'Umar bin Khattab' di Indonesia ini? Semoga....

Wallahu A'lam

Wednesday, June 15, 2011

مَنْ سَارَ عَلىَ الدَّرْبِ وَصَلَ

Barangsiapa berjalan di atas jalannya sampailah ia

Itu adalah mahfudzot nomor satu. Cukup ringkas dan jelas. Namun bila kita cari asal katanya sungguh akan banyak bermakna.
Berjalan yang dalam bahasa Arab adalah “saaro” sebenarnya bukan berjalan biasa. Begitu juga dengan “Ad-darbi” juga bukan jalan biasa. Keduanya sebenarnya berdasarkan arti katanya memiliki makna yang luar biasa.
“Saaro” sebenarnya dalam bahasa Arab diartikan berjalan di waktu malam. Sedangkan “Ad-darbi” artinya jalan yang terbentuk dengan alami karena ada beberapa orang yang telah melewati atau bisa disebut jalan setapak. Nah inilah luar biasanya.
Bagaimana mungkin orang yang berjalan di waktu malam dan di atas jalan setapak akan sampai.
Ketika hal ini kubandingkan dengan kusuksesan orang-orang yang ada di dunia ini, ternyata ada hal yang sama. Mereka juga berjalan di waktu malam di atas jalan setapak. Maka sampailah mereka pada kesuksesan.
Dengan kata lain. Orang yang sukses adalah orang yang berjalan di waktu malam di atas jalan setapak. Ia mungkin juga berjalan di waktu siang ketika banyak orang lain juga berjalan dan berlari. Tapi ketika malam datang ternyata ia tetap berjalan. Ia tetap berjalan ketika banyak orang yang lain sudah kembali beristirahat, lelah, tidur. Dengan resiko bahwa mungkin ia akan terjatuh, terperosok, dan terluka namun ia tetap berjalan di waktu malam.
Dan jelas ketika berjalan di tengah malam ia harus melakukannya dengan perlahan-lahan. Orang yang sukses sadar akan hal ini. Mereka akan menempuh kesuksesan dengan cara yang perlahan-lahan sambil menguatkan diri mereka. Sambil meningkatkan kapasitas mereka. Tidak berlari dan terburu-buru. Mereka sadar untuk meraih kesuksesan mereka ada hal-hal yang harus mereka persiapkan dan hal tersebut tidak bisa dilaksanakan dengan terburu-buru.
Ketika berjalan di atas jalan setapak sudah terbayang bahwa jalan ini bukanlah jalan yang umum dilalui orang. Orang pada umumnya tidak berkeinginan untuk melewati jalan ini. Mereka (orang pada umumnya) lebih senang dengan jalan yang bersih, tidak berbatu, bahkan lurus-lurus saja. Sementara jalan setapak, bisa jadi ada duri, batu, lobang, tanjakan, semak dan lain sebagainya. Dan memang jalan kesuksesan begitulah adanya tidak banyak yang melewati. Tidak banyak yang mengetahuianya. Tidak banyak yang ingin melewati. Namun akibat jalan setapak itulah para peraih kesuksesan mendapatkan pelajaran yang tidak didapatkan oleh pejalan raya dan pejalan tol.
Mereka mendapatkan pelajaran tentang kehidupan, pelajaran tentang arti kesuksesan, pelajaran tentang rasa sakit, dan sulitnya bangkit setelah jatuh.
Maka apakah anda akan berjalan di waktu malam di atas jalan setapak sebagaimana para peraih kesuksesan?
Wallahu A’lam

Tuesday, June 14, 2011

Kalimat yang Paling Ditakuti Pimpinan

Oleh Linda Hill & Kent Lineback
Dari HBR blog
Bila anda sekarang adalah seorang manajer atau pimpinan, kapan terakhir kali anda mengucapkan kalimat-kalimat ini:
“Saya tidak tahu”
“Saya yang salah”
“Maaf ya”
“Bisakah kamu menolongku?”
“Bagaimana menurut pendapatmu?”
“Bisa kau jelaskan kepadaku tentang hal ini. Aku kok tidak mengerti?”
Siapapun ia, baik bos atau bukan tidak senang mengakui bahwa ia tidak tahu, ia tidak bisa. Tapi bila ia menghindar dari mengakui hal-hal tersebut, ia akan mengalami penurunan efektifitas sebagai seorang pimpinan.
Contoh, Ita seorang guru yang telah meluluskan 100% siswa kelas enam selama empat tahun berturut-turut diangkat menjadi seseorang yang bertanggung jawab dalam penentuan kurikulum sekolah. Ia menganggap bahwa pelajaran yang diberikan di kelas satu dan dua selama ini terlalu banyak bermain dari pada belajar.
Ia tidak tahu bahwa pada usai kelas satu dan dua memang bermain yang diutamakan untuk meningkatkan perkembangan sang anak. Ketika ia menyusun kurikulum bagi siswa kelas satu dan dua, para guru mempertanyakan keputusannya. Ia bersikukuh posisinya yang sekarang adalah karena kemampuannya dalam meluluskan siswa kelas enam memegang peranan yang penting. Ia melihat banyak guru yang tidak senang dengan keputusannya.
Suatu ketika ia bertanya kepada salah seorang guru kelas satu tentang proses belajar mengajar di kelas satu. Ia kemudain baru mengerti bahwa bermain adalah sesuatu yang penting dalam belajar bagi usia anak kelas satu SD.
Kemudian dalam kesempatan berbeda ia kemudian lebih sering mendengar usulan dari para guru. Dan para guru kemudian tidak mempertanyakan keputusan yang ia buat. Sehingga ketegangan dalam rapat-rapat kini jarang terjadi lagi.
Jadi orang yang tidak mengakui kelemahannya akan menjadi orang yang tidak mau belajar. Hal ini kebalikan dari kisah di atas akan berpotensi membuat ketegangan antar personal dalam organisasi semakin meningkat.
Alasan kedua kenapa anda sebaiknya menghindar untuk mengakui bahwa anda tidak bisa adalah masalah kepercayaan. Dasar dalam memimpin sebuah organisasi adalah kemampuan pimpinan dalam mempengaruhi yang dibawahnya agar mempercayai mereka sebagai pimpinan, kepercayaan bahwa anda sebagai pimpinan telah melakukan hal yang benar.
Bila seorang pimpinan tidak tahu tapi berpura-pura tahu di hadapan orang yang memiliki keahlian lebih dari pada kita akan membuat kepercayaan mereka cepat pudar. Orang-orang sebenarnya tahu bahwa pimpinannya tidak tahu akan semua hal. Mereka tahu ketika pimpinannya melakukan kesalahan atau membutuhkan bantuan.
Intinya ada dua sisi dalam permasalahan ini, di satu sisi, bawahan akan menghargai dan menghormati kesadaran akan kelemahan dan keinginan pimpinan untuk belajar. Tanpa hal tersebut akan banyak bawahan yang tidak percaya. Di sisi lain, terlalu banyak ekspresi kelemahan, terlalu sering melakukan kesalahan juga akan meningkatkan ketidakpercayaan bawahan kepada pimpinannya.

"Nang Endhi Wae Sampean Cak!"

Mendengar diskusi soal SD Gadel di Metro TV ternyata membuatku muak. Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba saja aku merasa muak mendengarkan komentar-komentar mereka tentang negara yang sekarang sudah kehilangan nilai kejujuran. Bahkan sempat ada letupan perdebatan di sana. Maka kata yang terlontar dari pikiranku adalah judul di atas.

"Nang Endhi Wae Sampean Cak!"

Narasumber yang dihadirkan kulihat seakan-akan kaget dengan fenomena SD Gadel. Padahal kalau mau jujur, bisa kita lihat perkembangan di dunia pendidikan terkait fenomena ini. Apakah ada sekolah yang berkomentar? Apakah ada guru, dosen dan pelajar yang mendukung aksi Ibu pelapor?

Tidak ada. Atau tidak terekam mungkin.

Pikiranku mengatakan 'menepuk air di dulang terpercik ke muka sendiri'. Bila praktisi pendidikan memberikan komentar terkait hal tersebut, akan kena pada institusi pribadi mereka sendiri. Bukan karena sebab lain tapi karena memang begitulah jamaknya sekarang ini.

Sekolah mana sih yang tidak menjamaahkan mencontek? Guru mana sih yang tidak menugaskan siswanya menjadi sumber contekan. Kalau pun ada, berapa prosentasenya? Ke mana saja narasumber-narasumber beserta para komentator itu. Jangan-jangan mereka sekolah di luar negeri. Jangan-jangan anak-anak mereka sekolah di sekolah yang "berbonafide".

Kami yang di masyarakat saja tidak terlalu kaget. Karena itu sudah lumrah. Di sekolah memang pada umumnya contekan. Dan guru pada umumnya membiarkan hal itu terjadi. Dan bila sudah mendekati ujian kelulusan pada umumnya sekolah ingin meluluskan siswanya.

Itu sudah umum.

Jadi tidak usah terkaget-kaget. Ya beginilah Indonesia kita. Kita ingin dipimpin oleh pemimpin yang jujur tapi sekolah tempat menggodok pemimpin mengajarkan kecurangan. Kalau ketahuan curang ketika pilkada 'rame-rame' dihina dan dicaci.

Kalo kasus Gadel sih sebenarnya tidak perlu panjang asal SD Gadel bersedia menerima dan menjelaskan kepada orang tua murid yang lain bahwa yang dilakukan oleh pelapor adalah sesuatu yang benar dan harus dihargai. Bila hal ini segera dilakukan kasus ini tidak akan menjadi berbuntut panjang.

Ya, memang harus mengakui bahwa dirinya salah. Selama pihak sekolah dan dinas pendidikan tidak mau merangkul pelapor, bola panas ini akan semakin panas. Dan yang merasakan kerugiannya adalah anak-anak kita sendiri.

Wallahu A'lam

Monday, June 13, 2011

Apa Yang Membuatku Berfikir untuk Berhenti Setelah Sekian Lama Main Game?

Aku tidak tahu siapa yang menulis tulisan ini. Tapi tulisan ini semakin kubaca semakin membuat sesuatu dalam diriku berontak. Ada yang tidak setuju dalam dada dan pikiranku.

Ada yang tidak suka dengan kebiasaanku berlama-lama di depan komputer untuk main game. Dan ternyata yang tidak suka adalah diriku sendiri setelah membaca tulisan itu.

Tulisan itu berbunyi sebagai berikut.....

Bagaimana kalau setiap hari kita memiliki uang sebanyak Rp 86.400. Jumlah uang ini tidak akan bertambah dan berkurang setiap harinya. Ia tidak bisa disimpan. Begitu berganti hari. Akan datang kembali uang dengan jumlah yang sama di pagi hari. Dan ketika malam usai. Berapapun sisa yang tidak kita belanjakan akan lenyap.

Bila kita menemukan hal tersebut. Bila kita memiliki uang sebesar itu setiap harinya, apa yang akan kita lakukan? Apakah akan kita tabung? Tapi uang itu tidak bisa kita tabung. Sisa uang akan lenyap begitu hari berganti. Uang kembali sejumlah Rp 86.400 pun datang lagi.

Maka pilihan yang paling tepat adalah membelanjakan sepenuhnya. Karena ketika hari berganti kita akan diberikan uang yang baru. Kita harus membelanjakan ke Rp 86.400 sampai koin seratus terakhir. Sangat rugi bila ternyata ada orang yang tidak ingin membelanjakannya. Karena ketika hari berganti sisa uang tidak bisa diganti. Hari baru akan mendatangkan uang baru dengan jumlah yang sama.

Ternyata , disadari atau tidak kita semua manusia mengalami hal tersebut. Tiap hari kita diberikan 86.400 tapi tidak dalam bentuk rupiah melainkan detik. Semua manusia dari Indonesia sampai London memiliki hal ini. Setiap hari berganti tidak ada detik yang bisa disimpan. Semua akan lenyap bersama hilangnya malam.

Begitu datang pagi hari 86.400 detik pun datang lagi. Tapi ia bukan detik kemarin atau detik esok hari. Ia adalah detik hari itu. Maka bagaimanakah kita akan membelanjakan detik itu? Apakah kita hanya akan berada di depan komputer seharian. Tanpa aktivitas nyata. Tanpa mengetahui perkembangan di luar sana.

Semua kembali kepada manusianya. Semua sudah diberikan 86.400 yang sama. Tapi yang dilakukan oleh satu manusia dengan manusia lain jelas berbeda. Termasuk yang manakah kita? Apakah yang menghabiskan 86.400 dengan aktivitas terbaik. Atau yang menghabiskan 86.400 dengan aktivitas yang sia-sia.

Pekan yang Tak Efektif

Pekan lalu menurutku adalah pekan yang tidak efektif. Betapa tidak, tidak ada satu tulisan pun yang bisa kuhasilkan selama kurang lebih tujuh hari waktuku berlalu. Kalau ditanya kenapa? Mungkin aku sedikit malu menjawabnya. Tapi hal itu memang terjadi. "Aku kembali mengijinkan Game menyanderaku."

Sudah bukan sesuatu yang aneh atau ganjil bagi orang yang dekat dan kenal denganku ketika mereka melihatku 'very gamer'. Aku selalu mencari kesibukan yang berhubungan dengan game. Entah itu mencoba game baru atau mengulangi game-game yang dulu pernah kumainkan.

Pekan lalu yang menjadi mainanku adalah CM 2007, sebuah game lama memang. Tapi cukup menghibur. Melatih Peterborough, sebuah klub kecil yang ketika kumainkan ada di dua strip dibawah championship Inggris.

Klub kecil dengan gaji 300 pound per pekan sebagai manajer. Dan dana transfer pemain 20.000 poundsterling. Sangat kecil bagi sebuah klub di daratan Inggris. Tapi entah aku memang sejak dulu senang dengan game yang bisa memulai dari nol. Bekerja keras siang malam untuk memperbaiki klub yang kecil sehingga bisa masuk kasta di atasnya setahun demi tahun.

Karena game inilah hari-hariku dalam pekan lalu sangat tidak produktif. Padahal aku sudah tahu bahwa usia yang kugunakan atau waktu yang kugunakan untuk bermain itu seharusnya bisa digunakan untuk sesuatu yang lebih menghasilkan dan berguna. Namun setiap malam sepulang kerja sepertinya aku sudah tidak sabar untuk membuka laptop dan kembali bermain.

Ada banyak yang bertanya-tanya kenapa banyak orang yang sangat gila dengan game, bahkan ada yang meninggal gara-gara game. Jawabannya menurutku adalah karena game bisa menjanjikan kepuasan berkompetisi dengan resiko relatif kecil.

Di dunia nyata ketika berkompetisi, baik untuk membangun karier, citra, keluarga, akan selalu ada resiko dan kompensasi yang harus dibayar. Baik dengan uang, waktu, tenaga dan lain sebagainya. Yang terutama adalah penerimaan kegagalan ketika berusaha.

Yang terakhir inilah yang kemudian sering membuat orang untuk menghindari dunia nyata dan beralih ke dunia maya. Rasa sakit ketika gagal di dunia maya bisa disembunyikan. Tidak ketahuan, sementara di dunia nyata akan ada banyak orang yang tahu ketika kita telah gagal.

Yang kedua, bila kita gagal di dunia maya, seperti terbunuh dalam permainan game, kita bisa kembali hidup atau membuat profil lain dari diri kita. Sementara di dunia nyata ketika kita gagal akan banyak orang yang bersorak dengan kegagalan kita, mungkin juga kita tidak bisa kembali karena orang lain sudah memberikan cap gagal pada diri kita.

Mungkin itulah enaknya untuk bermain game. Karena kita bisa meminimalisir resiko untuk merasakan kegagalan.

Sepertinya masih harus belajar agar berani menerima kegagalan dan kembali mengulang dan bangkit setelah gagal. Karena memang itulah yang menjadi rahasia orang-orang sukses.

Wallahu A'lam bish showab

Tuesday, June 7, 2011

Syukur Alhamdulillah Ya Allah Engkau Turunkan Seorang Manusia Biasa

Ketika Subuh telah usai, kucoba membaca kembali ayat-ayat yang dulu pernah diwahyukan pada Rasulullah saw. Hingga muncul sebuah ayat yang menurutku ajaib.
di Surat Al Furqon ayat 7. ...

Allah menggambarkan betapa lucunya manusia-manusia kafir. Mereka (manusia kafir) bertanya-tanya: Mengapa pula Tuhan mengirimkan seorang manusia biasa? ...
Seorang manusia biasa yang membutuhkan sandang pangan dan papan, hingga ia masih harus berusaha di pasar.
Kenapa tidak diberikan kepada manusia itu seorang pelindung sehingga ia bisa menghadapi penentangnya? Ia bisa memberikan peringatan dengan aman dan damai.
Kenapa juga ia tidak dibekali dengan perbekalan yang mencukupi sepanjang hidupnya sehingga ia tidak akan kekurangan?....
Kenapa juga ia tidak diberikan sebuah kekuatan ekonomi yang maha hebat sehingga ia tidak perlu lagi berusaha dalam memenuhi kebutuhan hidupnya... sehingga ia bisa berdakwah dengan tenang....

Syukur alhamdulillah, segala puji memang hanya untuk Mu ya Allah.

Aku bersyukur Engkau menurunkan manusia biasa yang masih harus berjalan di pasar, sehingga ketika merasa berat dengan agama ini walau berfasilitas, kami malu karena nabi kami berjalan kaki di pasar untuk berdakwah...

Aku bersyukur Engkau menurunkan manusia biasa tanpa lindungan kekuatan super. Sehingga ketika kami merasa lemah dengan agama ini, kami malu karena nabi kami juga manusia yang sama yang tidak memiliki kekuatan dahsyat namun bebannya melebihi kami semua.

Aku bersyukur Engkau menurunkan ia yang masih membutuhkan makanan, minuman, tempat tinggal, pakaian, sehingga ketika kami merasa malas dengan banyaknya kebutuhan, kami malu karena nabi kami juga pernah tidak memiliki makanan di rumahnya.....

Aku bersyukur Engkau menurunkan ia yang masih bersedekah meski dalam kekurangan, sehingga kami malu bila ternyata dengan banyaknya barang yang kami miliki kami masih merasa pelit mendermakannya pada yang membutuhkan.....

Engkau Ya Allah telah memberikan suri tauladan bagi umat manusia dalam bentuk manusia. Sehingga kami tidak mampu lagi beralasan bahwa agama Mu berat, sulit dan repot....

Karena ia juga manusia, dan ia Kau berikan beban demikian berat. Syukur kami Ya Allah Engkau menurunkan Muhammad seorang manusia biasa, sehingga kami mampu mencontohnya sebagai seorang manusia. Bukan seorang sakti, bukan seorang Raja, bukan seorang Milyuner atau Trilyener tapi seorang manusia biasa.

Syukur kami Ya Allah untukmu .......
Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah untuk Muhammad saw.
Wallahu A'lam ....

Sunday, June 5, 2011

Mereka Menjadi Terbaik Karena Masalah (Bag. 3 Why They Become The Best. selesai)

Dalam game hal serupa juga terjadi. Dalam Diablo dan Warcraft, banyak manusia yang senang dengan game ini. Hal ini tidak lain dan tidak bukan karena ada permasalahan yang ditampilkan oleh game tersebut.

Para pemain game diminta untuk melakukan misi, sebuah tantangan. Dengan melaksanakan misi tersebut mereka akan mendapatkan pengalaman dan bila beruntung mereka akan naik ke level berikutnya. Ketika naik ke level berikutnya kualitas karakter mereka meningkat. Mereka memiliki kemampuan khusus atau ilmu baru. Bahkan bila mereka mujur bisa mendapatka item atau barang yang akan meningkatkan kemampuan mereka.

Setiap kali mereka meningkatkan level, selalu ada musuh-musuh yang lebih tinggi. Sehingga mereka terpacu untuk melakukan misi tantangan baru agar mendapatkan kemampuan yang lebih dan mendapatkan kemenangan dalam menaklukkan musuh-musuh yang baru.

Tidak jauh berbeda khan dengan bagaimana film disuguhkan? Tantangan dan musuh baru yang lebih hebat akan dimunculkan agar muncul semangat yang baru. Bila game yang di komputer diselesaikan, maka muncullah cara baru untuk meningkatkan kecanduan gamers. Yup, betul dengan online.

Dengan bermain menaklukkan musuh yang dimainkan oleh manusia akan lebih menarik. Karena akan banyak karakteristik yang berbeda dan keahlian yang berbeda. Semakin gandrunglah mereka dengan game.

Kesimpulannya, banyak hal yang disukai oleh manusia sebenarnya adalah sebuah tantangan. Dan kegandrungan manusia akan tantangan sebenarnya akan lebih bermanfaat bagi manusia bila mereka melakukannya di dunia nyata. Di dunia nyata mereka bisa membangun karakter dan kualitas hidup mereka. Mereka bisa menjadi yang terbaik di dunia daripada hanya sekedar dalam dunia maya.

Tapi sepertinya hal ini masih berada dalam alam bawah sadar manusia. Ketika mereka merasakan permasalahan di dunia nyata, mereka tidak melihatnya sebagaimana tokoh-tokoh yang mereka mainkan dalam game yang mereka gandrungi. Bila saja mereka sadar bahwa hidup mereka ini juga adalah sebuah permainan sebagaimana game yang mereka mainkan, akan banyak orang hebat di dunia ini.

Wallahu A'lam.

Saturday, June 4, 2011

Mungkin Karena Hal Inilah Mereka Menjadi Terbaik (Bag.2. Why They Become The Best))

Untuk film, ada hal mendasar yang muncul untuk menjawab kenapa kelima film tersebut menjadi yang terbaik. Dan disadari atau tidak ternyata hal tersebut dimiliki oleh sebagian besar manusia. Minimal menurut pendapatku.

Dalam setiap film yang muncul sebagai film terbaik, terlaris dan kriteria ter-lainnya (kecuali terjelek) ada satu kesamaan yang sama. Kesamaan tersebut adalah adanya kisah yang mengajak untuk berjuang walaupun terkadang mustahil.

Di kisah The Dark Knight dikisahkan bahwa seorang murid harus melawan gurunya sendiri karena gurunya adalah sumber dari kejahatan yang akan meruntuhkan Gotham city. Bisa dibayangkan bagaimana permasalahan emosi yang muncul ketika seorang murid harus berhadapan dengan gurunya.

Masalah-masalah atau konflik adalah sesuatu yang lumrah muncul dalam sebuah film. Bahkan konflik inilah yang disodorkan oleh pembuat film bagi penontonnya. Perjuangan seorang manusia yang menghadapi masalah inilah yang membuat film tersebut menjadi digandrungi oleh banyak manusia.

Begitu juga dengan film lain seperti The Lord of The Rings. Seorang hobbit yang kecil dan cinta damai dipaksa untuk menghadapi monster dan memilikikekuatan maha dahsyat. Bahkan di cerita tersebut yang membuat menang adalah kekuatan mental yang besar dari makhluk hobbit yang kecil.

Permasalahan, perjuangan adalah sesuatu yang ditawarkan oleh film-film terbaik.

Artinya dalam setiap diri manusia sebenarnya sangat menyenangi sebuah tantangan dan perjuangan.

Sebaliknya bila film tersebut hanya menampilkan kisah seorang Kesatria yang kuat berhadapan dengan penjahat yang lemah dan dalam lima menit bisa dikalahkan bisa dipastikan tidak banyak penonton yang akan melihat.

Bahkan dalam film Superman, yang tokoh utamanya memiliki kekuatan super pun masih memiliki kelemahan yang menjadi permasalahan dan sumber konflik dalam cerita. Musuh-musuh Superman pun digambarkan memiliki kecerdasan dan kekuatan yang jauh melebihi Superman.

Kesimpulannya adalah bahwa sebenarnya manusia sangat menyenangi dengan tantangan. Namun kegandrungan manusia akan hal tersebut masih berada di alam bawah sadar. Terbukti ketika manusia menghadapi permasalahan dalam kehidupan nyata masih banyak yang tidak sadar bahwa hal tersebut sebenarnya ia butuhkan untuk menjadikan film kehidupan yang dibintanginya sebagai film yang terbaik.

Wallahu A'lam

Friday, June 3, 2011

Manusia akan Selalu Tetap Menjadi Manusia

Judul di atas muncul atas kegundahan akan buah pikiran yang lalu lalang dalam otakku. Aku tidak membayangkan hal-hal seperti ini akan terjadi dalam hidupku. Aku membayangkan sesuatu yang mungkin tidak bisa kutemui saat ini.

Dulu aku membayangkan bahwa setelah aku menikah aku akan bahagia. Arti bahagia menurutku adalah bahwa istriku akan melayaniku dengan penuh cinta dan kasih sayang. Ia akan merawatku sepenuh hati. Ia akan mendukung setiap pikiran dan tindakanku. Dia akan senantiasa mengiyakan apa yang kuusulkan.

Nyatanya....

Walaupun kini aku bahagia, bahkan lebih bahagia dari yang kubayangkan. Bukan karena yang kubayangkan kini telah terwujud dengan sempurna. Karena ternyata banyak hal yang berbeda. Terkadang aku masih harus cuci baju, aku harus cuci piring, memasak, dan bahkan memijat. Tapi aku bahagia. Padahal bayangan dilayani itu tidak terwujud.

Aku dalam sebuah saat tersadar. Bahwa seorang perempuan betapapun berimannya ia, ia tetap adalah seorang perempuan. ia senang berbelanja, ia senang bercerita, ia senang dimanja. Pun sebaliknya dengan diriku, betapapun baiknya seorang laki-laki ia tidak meningkat levelnya menjadi seorang malaikat. Ia tetap seorang laki-laki yang gila terhadap permainan atau game, senang dengan dunia maskulin, senang dengan permainan sepak bola.

Maka aku mengingatkan kepada diriku dan orang-orang yang akan menginjak, sedang dan telah melewati masa ijab kabul, bahwa anda sedang berdampingan dengan seorang manusia. Bukan seorang bidadari yang senantiasa tersenyum apapun perlakuan anda. Bukan malaikat yang senantiasa patuh akan perintah dari tuhannya. Ia adalah seoarang manusia sebagaimana manusia lainnya, perempuan lainnya, dan laki-laki lainnya.

Seorang istri atau perempuan tetap membutuhkan perhatian, kasih sayang, dimanja, dituruti, dan senang dengan harta. Itu sudah menjadi kodrat dari seorang perempuan.

Seorang suami atau laki-laki, tetap membutuhkan ruang kesendirian, ego kekuasaan, ruang aktivasi fisik dan keinginan untuk bermain-main dan dilayani. Itu sudah menjadi kodrat dari seorang laki-laki.

Ketika kita membayangkan bahwa kita akan memiliki suami seorang malaikat tampan yang selalu akan menuruti istri. Sadarlah bahwa ia tetap seorang manusia! Ia mungkin nanti akan menduakan dengan sepak bola, game dan permainan konyol lainnya. Terimalah kebaikan dan keburukannya sebagai bagian dari ujian yang diberikan Allah kepada kita.

Ketika kita membayangkan bahwa kita akan memiliki istri seorang bidadari yang senantiasa ridho dan tersenyum kepada kita, segera sadarlah. Ia tetap seorang manusia. Ia kadang memiliki kebaikan dan keburukan. Terimalah keduanya sebagai bagian tak terpisahkan dan sebagai ujian bagi kita suaminya.

Istri kita adalah istri kita dan ia tetap adalah seorang manusia biasa, bukan bidadari. Suami kita adalah suami kita dan ia tetap adalah seorang manusia biasa, bukan malaikat.

Wallahu A'lam

Thursday, June 2, 2011

Kenapa Mereka Menjadi Terbaik? (Bag. 1. Why They Become The Best)

Apa saja film terbaik dalam kurun waktu 2000-2009?

Berdasarkan IMDB (internet movie data base) pada tahun-tahun tersebut yang terbaik bisa dilihat di link berikut: http://www.imdb.com/chart/2000s

Berikut adalah daftar 5 terbaik yang saya ambil:
1. The Dark Knight (2008)
2. The Lord of The Rings: The Return of the King (2003)
3. City of God (2002)
4. The Lord of The Rings: The Fellowship of the Ring (2001) dan
5. Memento (2000)

Masih banyak daftar film-film terbaik dalam kurun waktu tersebut.

Pertanyannya adalah mengapa film tersebut terbaik, dan bahkan memperoleh jumlah pendapatan yang besar?

Pertanyaan berikutnya bergeser. Dari film kita menuju ke salah satu yang mungkin sangat kita gemari, Game.

Mari kita tengok 5 PC game terbaik yang pernah ada. Daftar ini saya ambil dari http://asia.gamespot.com/games.html?platform=5&mode=all&sort=score&dlx_type=all&sortdir=asc&official=all
kelima game tersebut adalah :
1. Diablo (1996)
2. World of Warcraft (2004)
3. Dragon Age: Origin (2009)
4. Unreal Tournament (1999) dan
5. Grand Prix II(1996)

Mungkin salah satu game kalian ada di atas atau mungkin berada di urutan yang keenam dan selanjutnya.

Namun pertanyaannya tetap sama. Mengapa mereka menjadi game yang terbaik dan terlaris?

Di karya sastra, ada lima judul buku yang terjual lebih dari 100 juta kopi. Diambi dari http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_best-selling_books, daftar buku tersebut adalah:
1. A Tale of Two Cities (1859)
2. The Lord of The Rings (1954-1955)
3. The Hobbit (1937)
4. Dream of The Red Chamber (1759-1791)
5. And Then There Were None (1939)

Dan pertanyaan sebagaimana judul di atas adalah kenapa mereka menjadi yang terbaik? Mengapa banyak manusia di dunia ini gandrung terhadap hal-hal tersebut. Apakah ada sebuah karakteristik yang sama dalam karakter-karakter manusia di seluruh dunia ini?

Begitu juga dengan hal-hal yang lain di dunia ini. Masih banyak hal-hal yang sifatnya hiburan sering kita jumpai di dunia ini. Pertanyaannya adalah mengapa sebagian besar manusia senang dengan hal tersebut. Bahkan rela membayar dengan harga yang mahal?

Anda mungkin punya daftar yang lain. Dan pertanyaannya tetap sama kenapa mereka menjadi yang terbaik?

Wallahu A'lam

Wednesday, June 1, 2011

Pelajaran Baru dari Ustadz Mudhoffar

Barusan membuka Facebook-nya ust. Mudhoffar. Beliau share tentang keikhlasan. Ternyata ada kesalahpahaman yang selama ini difahami oleh sebagian besar masyarakat.

Menurut beliau ada lima niat yang termasuk dalam kategori niat yang ikhlas. kelima niat itu adalah

1. Niat karena Mahabbah
2. Niat karena Syukur
3. Niat karena Ta'at
4. Niat karena mengharap (raja') balasan dari Allah
5. Niat karena ingin terhindar dari azab dan ancaman Allah.

Artinya semua orang yang berniat minimal salah satu dari kategori tersebut tergolong sebagai orang yang ikhlas.

Sementara ada anggapan di kalangan orang umum bahwa yang ikhlas adalah niat yang karena mahabbah semata.

Padahal menurut Ust. Mudhoffar kelima niat itu adalah niat yang ikhlas.

Anggapan orang yang meyakini bahwa niat terutama yang 4 dan 5 itu terlalu duniawi, sehingga tidak layak dijadikan niat untuk menghadap Allah SWT. Padahal Allah sendiri telah membolehkan bahkan meminta manusia agar takut terhadap ancaman Allah dan mengharap balasan dari Allah.

Semua nantinya akan kembali siapa yang akan kita terima pendapatnya? Apakah pendapat manusia ataukah perintah dari Allah SWT.

Wallahu A'lam bish showab