Mencari inti hidup dari Ayat-ayat Quran, serial Mahfudzot, serial Sun Tzu, serial HBR (Harvard Business Review), kehidupan sehari-hari dan sebagainya
Monday, June 20, 2011
مَنْ جَدَّ وَجَدَ
Friday, June 17, 2011
Brand Gak Cuma Logo Thok
Banyak orang mungkin mengartikan merek. Tapi untuk kali ini aku lebih menggunakan kata 'brand' saja.
Kebanyakan orang tidak mengerti bahwa yang namanya brand itu bukan logo thok. Tapi lebih dari sekedar itu. Berikut adalah penjelasan dari Pak Dan Pallotta.
Strategimu adalah Brand
Bila kita consumer brand, brand adalah produk kita dan cerita-cerita yang datang dengan produk itu. Maka misal kita memiliki produk yang rusak setelah dua hari dipakai, maka itulah brand kita. Keseriusan adalah brand. Dulu 1969 Nasa tidak punya logo yang bagus. Tapi ia punya brand. Kini ia punya logo yang lebih mengkilat, tapi brand-nya tidak memiliki makna sama sekali.
Cara Mengajak untuk Bertindak adalah Brand
Bila kita adalah sebuah organisasi sosial, banyaknya "Likes" di Facebook bukanlah sebuah sesuatu yang layak sebagai sebuah strategi. Hal-hal yang kita minta kepada konstituenlah yang menunjukkan Brand kita.
Customer service adalah Brand
Bila ada calon donatur yang menghubungi organisasi kita dan bersemangat, tapi kemudian diminta menunggu sampai kapan tidak jelas menunjukkan brand kita. Bila dalam sebuah acara dengan para donatur, mereka tidak dapat mengerti apa yang kita sampaikan dan kita tidak perduli menunjukkan itulah brand kita.
Cara kita berbicara adalah Brand
Bila ternyata website kita berisi tentang banyak hal yang tidak update itulah brand kita. Kalau pesan kita hanya berisi jargon-jargon, singkatan yang tidak penting berarti begitulah sebenarnya brand kita.
Semua sarana komunikasi kita adalah Brand
Bila ada lembaga yang neon box-nya masih bantuan tali rafia itulah pula brand-nya. Bila website kita ketika diklik malah error itulah brand kita.
Orang yang di lembaga kita adalah Brand
Orang-orang yang bekerja di lembaga adalah brand dan mewakili kita kepada masyarakat. Bila mereka bisa bekerja dengan baik dan terarah, teratur, itulah brand kita. Begitu juga sebaliknya. Bila ternyata kerja mereka hanya melakukan sesuatu yang tidak jelas. Itulah juga brand kita.
Fasilitas kita adalah Brand
Apakah fasilitas kita tercukupi untuk melakukan tugas-tugas yang dibutuhkan? Itu menggambarkan brand kita.
Logo dan gambaran juga adalah Brand
Brand yang besar layak mendapatkan logo yang bagus dan eye catching.
Intinya, brand adalah memberikan perhatian pada pekerjaan kita pada tiap levelnya, dengan detil mulai dari visi-misi, tenaga kerja, pelanggan dan interaksi yang akan kita jalankan, betapapun kecilnya hal tersebut.
Kita sadar atau tidak, punya logo yang keren atau tidak. kita punya brand. Pertanyaannya adalah apakah itu brand yang kita inginkan.
http://blogs.hbr.org/pallotta/2011/06/a-logo-is-not-a-brand.html
Dan Pallotta is an expert in nonprofit sector innovation and a pioneering social entrepreneur. He is the founder of Pallotta TeamWorks, which invented the multiday AIDSRides and Breast Cancer 3-Days. He is the president of Advertising for Humanity and the author of Uncharitable: How Restraints on Nonprofits Undermine Their Potential.
Thursday, June 16, 2011
Masih tentang SDN Gadel
Pikiran lain yang terlintas adalah teringat kisahnya Umar. Umar ngotot ke Rasulullah kenapa harus berhijrah dengan diam-diam. "Bukankah kita ini yang benar?? Bukankah ada Allah bersama kita??" Ungkap Umar. "Bila memang kita ini yang benar kenapa harus takut?" Akhirnya dibuktikan oleh Umar bin Khattab seorang diri sahabat yang lain berhijrah dengan bersembunyi.
Ada juga kejadian ketika perjanjian Hudaibiyah. Saat Rasulullah diminta untuk tidak datang tahun ini untuk haji. Rasulullah menyetujui permintaan pihak Makkah. Lagi-lagi Umar tidak setuju. "Apakah kita ini lemah? Apakah kita ini tidak berada dalam kebenaran yang dijamin oleh Allah?". Rasulullah tidak bergeming, meski ditantang oleh kefaqihan Umar. Para sahabat pun terdiam ketika melihat Umar 'menantang' Rasulullah. Rasulullah pun akhirnya tetap menjalankan keputusannya.
Bayanganku, mungkin Bu Siami mengalami kondisi yang sama dialami oleh Umar. Menurut pengetahuannya ia berada di atas kebenaran. Kenapa mesti takut? Kenapa Ia mesti gentar?
Kejadian ini adalah sebuah kejadian yang sengaja diperlihatkan oleh Allah. Sebagian besar kita mungkin sudah tahu bahwa kejadian yang sebenarnya dilaporkan oleh Bu Siami sudah menjadi rahasia umum. Pihak sekolah tidak ingin siswanya tidak lulus adalah sebuah hal yang lumrah. Pihak sekolah meminta agar ada contekan yang sistematis juga adalah hal yang lumrah terjadi. Bagi yang menolak ada kejadian ini mungkin patut dipertanyakan berapa lama ia tinggal di Indonesia.
Untuk mengganti hal yang lumrah terjadi walaupun jelek butuh proses yang panjang. Karena budaya tersebut juga dibangun pada waktu yang lama. Kecuali memang ada orang yang seperti Umar bin Khattab yang tak tergoyahkan. Harus ada tokoh yang memiliki kekuatan digdaya baik di sisi intelektual, kekuasaan, dan finansial tapi yang terutama kekuatan moral.
Masih ada orang seperti 'Umar bin Khattab' di Indonesia ini? Semoga....
Wallahu A'lam
Wednesday, June 15, 2011
مَنْ سَارَ عَلىَ الدَّرْبِ وَصَلَ
Tuesday, June 14, 2011
Kalimat yang Paling Ditakuti Pimpinan
"Nang Endhi Wae Sampean Cak!"
"Nang Endhi Wae Sampean Cak!"
Narasumber yang dihadirkan kulihat seakan-akan kaget dengan fenomena SD Gadel. Padahal kalau mau jujur, bisa kita lihat perkembangan di dunia pendidikan terkait fenomena ini. Apakah ada sekolah yang berkomentar? Apakah ada guru, dosen dan pelajar yang mendukung aksi Ibu pelapor?
Tidak ada. Atau tidak terekam mungkin.
Pikiranku mengatakan 'menepuk air di dulang terpercik ke muka sendiri'. Bila praktisi pendidikan memberikan komentar terkait hal tersebut, akan kena pada institusi pribadi mereka sendiri. Bukan karena sebab lain tapi karena memang begitulah jamaknya sekarang ini.
Sekolah mana sih yang tidak menjamaahkan mencontek? Guru mana sih yang tidak menugaskan siswanya menjadi sumber contekan. Kalau pun ada, berapa prosentasenya? Ke mana saja narasumber-narasumber beserta para komentator itu. Jangan-jangan mereka sekolah di luar negeri. Jangan-jangan anak-anak mereka sekolah di sekolah yang "berbonafide".
Kami yang di masyarakat saja tidak terlalu kaget. Karena itu sudah lumrah. Di sekolah memang pada umumnya contekan. Dan guru pada umumnya membiarkan hal itu terjadi. Dan bila sudah mendekati ujian kelulusan pada umumnya sekolah ingin meluluskan siswanya.
Itu sudah umum.
Jadi tidak usah terkaget-kaget. Ya beginilah Indonesia kita. Kita ingin dipimpin oleh pemimpin yang jujur tapi sekolah tempat menggodok pemimpin mengajarkan kecurangan. Kalau ketahuan curang ketika pilkada 'rame-rame' dihina dan dicaci.
Kalo kasus Gadel sih sebenarnya tidak perlu panjang asal SD Gadel bersedia menerima dan menjelaskan kepada orang tua murid yang lain bahwa yang dilakukan oleh pelapor adalah sesuatu yang benar dan harus dihargai. Bila hal ini segera dilakukan kasus ini tidak akan menjadi berbuntut panjang.
Ya, memang harus mengakui bahwa dirinya salah. Selama pihak sekolah dan dinas pendidikan tidak mau merangkul pelapor, bola panas ini akan semakin panas. Dan yang merasakan kerugiannya adalah anak-anak kita sendiri.
Wallahu A'lam
Monday, June 13, 2011
Apa Yang Membuatku Berfikir untuk Berhenti Setelah Sekian Lama Main Game?
Aku tidak tahu siapa yang menulis tulisan ini. Tapi tulisan ini semakin kubaca semakin membuat sesuatu dalam diriku berontak. Ada yang tidak setuju dalam dada dan pikiranku.
Ada yang tidak suka dengan kebiasaanku berlama-lama di depan komputer untuk main game. Dan ternyata yang tidak suka adalah diriku sendiri setelah membaca tulisan itu.
Tulisan itu berbunyi sebagai berikut.....
Bagaimana kalau setiap hari kita memiliki uang sebanyak Rp 86.400. Jumlah uang ini tidak akan bertambah dan berkurang setiap harinya. Ia tidak bisa disimpan. Begitu berganti hari. Akan datang kembali uang dengan jumlah yang sama di pagi hari. Dan ketika malam usai. Berapapun sisa yang tidak kita belanjakan akan lenyap.
Bila kita menemukan hal tersebut. Bila kita memiliki uang sebesar itu setiap harinya, apa yang akan kita lakukan? Apakah akan kita tabung? Tapi uang itu tidak bisa kita tabung. Sisa uang akan lenyap begitu hari berganti. Uang kembali sejumlah Rp 86.400 pun datang lagi.
Maka pilihan yang paling tepat adalah membelanjakan sepenuhnya. Karena ketika hari berganti kita akan diberikan uang yang baru. Kita harus membelanjakan ke Rp 86.400 sampai koin seratus terakhir. Sangat rugi bila ternyata ada orang yang tidak ingin membelanjakannya. Karena ketika hari berganti sisa uang tidak bisa diganti. Hari baru akan mendatangkan uang baru dengan jumlah yang sama.
Ternyata , disadari atau tidak kita semua manusia mengalami hal tersebut. Tiap hari kita diberikan 86.400 tapi tidak dalam bentuk rupiah melainkan detik. Semua manusia dari Indonesia sampai London memiliki hal ini. Setiap hari berganti tidak ada detik yang bisa disimpan. Semua akan lenyap bersama hilangnya malam.
Begitu datang pagi hari 86.400 detik pun datang lagi. Tapi ia bukan detik kemarin atau detik esok hari. Ia adalah detik hari itu. Maka bagaimanakah kita akan membelanjakan detik itu? Apakah kita hanya akan berada di depan komputer seharian. Tanpa aktivitas nyata. Tanpa mengetahui perkembangan di luar sana.
Semua kembali kepada manusianya. Semua sudah diberikan 86.400 yang sama. Tapi yang dilakukan oleh satu manusia dengan manusia lain jelas berbeda. Termasuk yang manakah kita? Apakah yang menghabiskan 86.400 dengan aktivitas terbaik. Atau yang menghabiskan 86.400 dengan aktivitas yang sia-sia.
Pekan yang Tak Efektif
Sudah bukan sesuatu yang aneh atau ganjil bagi orang yang dekat dan kenal denganku ketika mereka melihatku 'very gamer'. Aku selalu mencari kesibukan yang berhubungan dengan game. Entah itu mencoba game baru atau mengulangi game-game yang dulu pernah kumainkan.
Pekan lalu yang menjadi mainanku adalah CM 2007, sebuah game lama memang. Tapi cukup menghibur. Melatih Peterborough, sebuah klub kecil yang ketika kumainkan ada di dua strip dibawah championship Inggris.
Klub kecil dengan gaji 300 pound per pekan sebagai manajer. Dan dana transfer pemain 20.000 poundsterling. Sangat kecil bagi sebuah klub di daratan Inggris. Tapi entah aku memang sejak dulu senang dengan game yang bisa memulai dari nol. Bekerja keras siang malam untuk memperbaiki klub yang kecil sehingga bisa masuk kasta di atasnya setahun demi tahun.
Karena game inilah hari-hariku dalam pekan lalu sangat tidak produktif. Padahal aku sudah tahu bahwa usia yang kugunakan atau waktu yang kugunakan untuk bermain itu seharusnya bisa digunakan untuk sesuatu yang lebih menghasilkan dan berguna. Namun setiap malam sepulang kerja sepertinya aku sudah tidak sabar untuk membuka laptop dan kembali bermain.
Ada banyak yang bertanya-tanya kenapa banyak orang yang sangat gila dengan game, bahkan ada yang meninggal gara-gara game. Jawabannya menurutku adalah karena game bisa menjanjikan kepuasan berkompetisi dengan resiko relatif kecil.
Di dunia nyata ketika berkompetisi, baik untuk membangun karier, citra, keluarga, akan selalu ada resiko dan kompensasi yang harus dibayar. Baik dengan uang, waktu, tenaga dan lain sebagainya. Yang terutama adalah penerimaan kegagalan ketika berusaha.
Yang terakhir inilah yang kemudian sering membuat orang untuk menghindari dunia nyata dan beralih ke dunia maya. Rasa sakit ketika gagal di dunia maya bisa disembunyikan. Tidak ketahuan, sementara di dunia nyata akan ada banyak orang yang tahu ketika kita telah gagal.
Yang kedua, bila kita gagal di dunia maya, seperti terbunuh dalam permainan game, kita bisa kembali hidup atau membuat profil lain dari diri kita. Sementara di dunia nyata ketika kita gagal akan banyak orang yang bersorak dengan kegagalan kita, mungkin juga kita tidak bisa kembali karena orang lain sudah memberikan cap gagal pada diri kita.
Mungkin itulah enaknya untuk bermain game. Karena kita bisa meminimalisir resiko untuk merasakan kegagalan.
Sepertinya masih harus belajar agar berani menerima kegagalan dan kembali mengulang dan bangkit setelah gagal. Karena memang itulah yang menjadi rahasia orang-orang sukses.
Wallahu A'lam bish showab
Tuesday, June 7, 2011
Syukur Alhamdulillah Ya Allah Engkau Turunkan Seorang Manusia Biasa
di Surat Al Furqon ayat 7. ...
Allah menggambarkan betapa lucunya manusia-manusia kafir. Mereka (manusia kafir) bertanya-tanya: Mengapa pula Tuhan mengirimkan seorang manusia biasa? ...
Seorang manusia biasa yang membutuhkan sandang pangan dan papan, hingga ia masih harus berusaha di pasar.
Kenapa tidak diberikan kepada manusia itu seorang pelindung sehingga ia bisa menghadapi penentangnya? Ia bisa memberikan peringatan dengan aman dan damai.
Kenapa juga ia tidak dibekali dengan perbekalan yang mencukupi sepanjang hidupnya sehingga ia tidak akan kekurangan?....
Kenapa juga ia tidak diberikan sebuah kekuatan ekonomi yang maha hebat sehingga ia tidak perlu lagi berusaha dalam memenuhi kebutuhan hidupnya... sehingga ia bisa berdakwah dengan tenang....
Syukur alhamdulillah, segala puji memang hanya untuk Mu ya Allah.
Aku bersyukur Engkau menurunkan manusia biasa yang masih harus berjalan di pasar, sehingga ketika merasa berat dengan agama ini walau berfasilitas, kami malu karena nabi kami berjalan kaki di pasar untuk berdakwah...
Aku bersyukur Engkau menurunkan manusia biasa tanpa lindungan kekuatan super. Sehingga ketika kami merasa lemah dengan agama ini, kami malu karena nabi kami juga manusia yang sama yang tidak memiliki kekuatan dahsyat namun bebannya melebihi kami semua.
Aku bersyukur Engkau menurunkan ia yang masih membutuhkan makanan, minuman, tempat tinggal, pakaian, sehingga ketika kami merasa malas dengan banyaknya kebutuhan, kami malu karena nabi kami juga pernah tidak memiliki makanan di rumahnya.....
Aku bersyukur Engkau menurunkan ia yang masih bersedekah meski dalam kekurangan, sehingga kami malu bila ternyata dengan banyaknya barang yang kami miliki kami masih merasa pelit mendermakannya pada yang membutuhkan.....
Engkau Ya Allah telah memberikan suri tauladan bagi umat manusia dalam bentuk manusia. Sehingga kami tidak mampu lagi beralasan bahwa agama Mu berat, sulit dan repot....
Karena ia juga manusia, dan ia Kau berikan beban demikian berat. Syukur kami Ya Allah Engkau menurunkan Muhammad seorang manusia biasa, sehingga kami mampu mencontohnya sebagai seorang manusia. Bukan seorang sakti, bukan seorang Raja, bukan seorang Milyuner atau Trilyener tapi seorang manusia biasa.
Syukur kami Ya Allah untukmu .......
Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah untuk Muhammad saw.
Wallahu A'lam ....
Sunday, June 5, 2011
Mereka Menjadi Terbaik Karena Masalah (Bag. 3 Why They Become The Best. selesai)
Para pemain game diminta untuk melakukan misi, sebuah tantangan. Dengan melaksanakan misi tersebut mereka akan mendapatkan pengalaman dan bila beruntung mereka akan naik ke level berikutnya. Ketika naik ke level berikutnya kualitas karakter mereka meningkat. Mereka memiliki kemampuan khusus atau ilmu baru. Bahkan bila mereka mujur bisa mendapatka item atau barang yang akan meningkatkan kemampuan mereka.
Setiap kali mereka meningkatkan level, selalu ada musuh-musuh yang lebih tinggi. Sehingga mereka terpacu untuk melakukan misi tantangan baru agar mendapatkan kemampuan yang lebih dan mendapatkan kemenangan dalam menaklukkan musuh-musuh yang baru.
Tidak jauh berbeda khan dengan bagaimana film disuguhkan? Tantangan dan musuh baru yang lebih hebat akan dimunculkan agar muncul semangat yang baru. Bila game yang di komputer diselesaikan, maka muncullah cara baru untuk meningkatkan kecanduan gamers. Yup, betul dengan online.
Dengan bermain menaklukkan musuh yang dimainkan oleh manusia akan lebih menarik. Karena akan banyak karakteristik yang berbeda dan keahlian yang berbeda. Semakin gandrunglah mereka dengan game.
Kesimpulannya, banyak hal yang disukai oleh manusia sebenarnya adalah sebuah tantangan. Dan kegandrungan manusia akan tantangan sebenarnya akan lebih bermanfaat bagi manusia bila mereka melakukannya di dunia nyata. Di dunia nyata mereka bisa membangun karakter dan kualitas hidup mereka. Mereka bisa menjadi yang terbaik di dunia daripada hanya sekedar dalam dunia maya.
Tapi sepertinya hal ini masih berada dalam alam bawah sadar manusia. Ketika mereka merasakan permasalahan di dunia nyata, mereka tidak melihatnya sebagaimana tokoh-tokoh yang mereka mainkan dalam game yang mereka gandrungi. Bila saja mereka sadar bahwa hidup mereka ini juga adalah sebuah permainan sebagaimana game yang mereka mainkan, akan banyak orang hebat di dunia ini.
Wallahu A'lam.
Saturday, June 4, 2011
Mungkin Karena Hal Inilah Mereka Menjadi Terbaik (Bag.2. Why They Become The Best))
Dalam setiap film yang muncul sebagai film terbaik, terlaris dan kriteria ter-lainnya (kecuali terjelek) ada satu kesamaan yang sama. Kesamaan tersebut adalah adanya kisah yang mengajak untuk berjuang walaupun terkadang mustahil.
Di kisah The Dark Knight dikisahkan bahwa seorang murid harus melawan gurunya sendiri karena gurunya adalah sumber dari kejahatan yang akan meruntuhkan Gotham city. Bisa dibayangkan bagaimana permasalahan emosi yang muncul ketika seorang murid harus berhadapan dengan gurunya.
Masalah-masalah atau konflik adalah sesuatu yang lumrah muncul dalam sebuah film. Bahkan konflik inilah yang disodorkan oleh pembuat film bagi penontonnya. Perjuangan seorang manusia yang menghadapi masalah inilah yang membuat film tersebut menjadi digandrungi oleh banyak manusia.
Begitu juga dengan film lain seperti The Lord of The Rings. Seorang hobbit yang kecil dan cinta damai dipaksa untuk menghadapi monster dan memilikikekuatan maha dahsyat. Bahkan di cerita tersebut yang membuat menang adalah kekuatan mental yang besar dari makhluk hobbit yang kecil.
Permasalahan, perjuangan adalah sesuatu yang ditawarkan oleh film-film terbaik.
Artinya dalam setiap diri manusia sebenarnya sangat menyenangi sebuah tantangan dan perjuangan.
Sebaliknya bila film tersebut hanya menampilkan kisah seorang Kesatria yang kuat berhadapan dengan penjahat yang lemah dan dalam lima menit bisa dikalahkan bisa dipastikan tidak banyak penonton yang akan melihat.
Bahkan dalam film Superman, yang tokoh utamanya memiliki kekuatan super pun masih memiliki kelemahan yang menjadi permasalahan dan sumber konflik dalam cerita. Musuh-musuh Superman pun digambarkan memiliki kecerdasan dan kekuatan yang jauh melebihi Superman.
Kesimpulannya adalah bahwa sebenarnya manusia sangat menyenangi dengan tantangan. Namun kegandrungan manusia akan hal tersebut masih berada di alam bawah sadar. Terbukti ketika manusia menghadapi permasalahan dalam kehidupan nyata masih banyak yang tidak sadar bahwa hal tersebut sebenarnya ia butuhkan untuk menjadikan film kehidupan yang dibintanginya sebagai film yang terbaik.
Wallahu A'lam
Friday, June 3, 2011
Manusia akan Selalu Tetap Menjadi Manusia
Dulu aku membayangkan bahwa setelah aku menikah aku akan bahagia. Arti bahagia menurutku adalah bahwa istriku akan melayaniku dengan penuh cinta dan kasih sayang. Ia akan merawatku sepenuh hati. Ia akan mendukung setiap pikiran dan tindakanku. Dia akan senantiasa mengiyakan apa yang kuusulkan.
Nyatanya....
Walaupun kini aku bahagia, bahkan lebih bahagia dari yang kubayangkan. Bukan karena yang kubayangkan kini telah terwujud dengan sempurna. Karena ternyata banyak hal yang berbeda. Terkadang aku masih harus cuci baju, aku harus cuci piring, memasak, dan bahkan memijat. Tapi aku bahagia. Padahal bayangan dilayani itu tidak terwujud.
Aku dalam sebuah saat tersadar. Bahwa seorang perempuan betapapun berimannya ia, ia tetap adalah seorang perempuan. ia senang berbelanja, ia senang bercerita, ia senang dimanja. Pun sebaliknya dengan diriku, betapapun baiknya seorang laki-laki ia tidak meningkat levelnya menjadi seorang malaikat. Ia tetap seorang laki-laki yang gila terhadap permainan atau game, senang dengan dunia maskulin, senang dengan permainan sepak bola.
Maka aku mengingatkan kepada diriku dan orang-orang yang akan menginjak, sedang dan telah melewati masa ijab kabul, bahwa anda sedang berdampingan dengan seorang manusia. Bukan seorang bidadari yang senantiasa tersenyum apapun perlakuan anda. Bukan malaikat yang senantiasa patuh akan perintah dari tuhannya. Ia adalah seoarang manusia sebagaimana manusia lainnya, perempuan lainnya, dan laki-laki lainnya.
Seorang istri atau perempuan tetap membutuhkan perhatian, kasih sayang, dimanja, dituruti, dan senang dengan harta. Itu sudah menjadi kodrat dari seorang perempuan.
Seorang suami atau laki-laki, tetap membutuhkan ruang kesendirian, ego kekuasaan, ruang aktivasi fisik dan keinginan untuk bermain-main dan dilayani. Itu sudah menjadi kodrat dari seorang laki-laki.
Ketika kita membayangkan bahwa kita akan memiliki suami seorang malaikat tampan yang selalu akan menuruti istri. Sadarlah bahwa ia tetap seorang manusia! Ia mungkin nanti akan menduakan dengan sepak bola, game dan permainan konyol lainnya. Terimalah kebaikan dan keburukannya sebagai bagian dari ujian yang diberikan Allah kepada kita.
Ketika kita membayangkan bahwa kita akan memiliki istri seorang bidadari yang senantiasa ridho dan tersenyum kepada kita, segera sadarlah. Ia tetap seorang manusia. Ia kadang memiliki kebaikan dan keburukan. Terimalah keduanya sebagai bagian tak terpisahkan dan sebagai ujian bagi kita suaminya.
Istri kita adalah istri kita dan ia tetap adalah seorang manusia biasa, bukan bidadari. Suami kita adalah suami kita dan ia tetap adalah seorang manusia biasa, bukan malaikat.
Wallahu A'lam
Thursday, June 2, 2011
Kenapa Mereka Menjadi Terbaik? (Bag. 1. Why They Become The Best)
Berdasarkan IMDB (internet movie data base) pada tahun-tahun tersebut yang terbaik bisa dilihat di link berikut: http://www.imdb.com/chart/2000s
Berikut adalah daftar 5 terbaik yang saya ambil:
1. The Dark Knight (2008)
2. The Lord of The Rings: The Return of the King (2003)
3. City of God (2002)
4. The Lord of The Rings: The Fellowship of the Ring (2001) dan
5. Memento (2000)
Masih banyak daftar film-film terbaik dalam kurun waktu tersebut.
Pertanyannya adalah mengapa film tersebut terbaik, dan bahkan memperoleh jumlah pendapatan yang besar?
Pertanyaan berikutnya bergeser. Dari film kita menuju ke salah satu yang mungkin sangat kita gemari, Game.
Mari kita tengok 5 PC game terbaik yang pernah ada. Daftar ini saya ambil dari http://asia.gamespot.com/games.html?platform=5&mode=all&sort=score&dlx_type=all&sortdir=asc&official=all
kelima game tersebut adalah :
1. Diablo (1996)
2. World of Warcraft (2004)
3. Dragon Age: Origin (2009)
4. Unreal Tournament (1999) dan
5. Grand Prix II(1996)
Mungkin salah satu game kalian ada di atas atau mungkin berada di urutan yang keenam dan selanjutnya.
Namun pertanyaannya tetap sama. Mengapa mereka menjadi game yang terbaik dan terlaris?
Di karya sastra, ada lima judul buku yang terjual lebih dari 100 juta kopi. Diambi dari http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_best-selling_books, daftar buku tersebut adalah:
1. A Tale of Two Cities (1859)
2. The Lord of The Rings (1954-1955)
3. The Hobbit (1937)
4. Dream of The Red Chamber (1759-1791)
5. And Then There Were None (1939)
Dan pertanyaan sebagaimana judul di atas adalah kenapa mereka menjadi yang terbaik? Mengapa banyak manusia di dunia ini gandrung terhadap hal-hal tersebut. Apakah ada sebuah karakteristik yang sama dalam karakter-karakter manusia di seluruh dunia ini?
Begitu juga dengan hal-hal yang lain di dunia ini. Masih banyak hal-hal yang sifatnya hiburan sering kita jumpai di dunia ini. Pertanyaannya adalah mengapa sebagian besar manusia senang dengan hal tersebut. Bahkan rela membayar dengan harga yang mahal?
Anda mungkin punya daftar yang lain. Dan pertanyaannya tetap sama kenapa mereka menjadi yang terbaik?
Wallahu A'lam
Wednesday, June 1, 2011
Pelajaran Baru dari Ustadz Mudhoffar
Menurut beliau ada lima niat yang termasuk dalam kategori niat yang ikhlas. kelima niat itu adalah
1. Niat karena Mahabbah
2. Niat karena Syukur
3. Niat karena Ta'at
4. Niat karena mengharap (raja') balasan dari Allah
5. Niat karena ingin terhindar dari azab dan ancaman Allah.
Artinya semua orang yang berniat minimal salah satu dari kategori tersebut tergolong sebagai orang yang ikhlas.
Sementara ada anggapan di kalangan orang umum bahwa yang ikhlas adalah niat yang karena mahabbah semata.
Padahal menurut Ust. Mudhoffar kelima niat itu adalah niat yang ikhlas.
Anggapan orang yang meyakini bahwa niat terutama yang 4 dan 5 itu terlalu duniawi, sehingga tidak layak dijadikan niat untuk menghadap Allah SWT. Padahal Allah sendiri telah membolehkan bahkan meminta manusia agar takut terhadap ancaman Allah dan mengharap balasan dari Allah.
Semua nantinya akan kembali siapa yang akan kita terima pendapatnya? Apakah pendapat manusia ataukah perintah dari Allah SWT.
Wallahu A'lam bish showab