Saturday, September 1, 2012

Berpindah

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Taqobbalallahu minna wa minkum kepada anda sekalian yang telah selama ini menunggu dan menunggu. Selama Ramadhan saya mohon maaf belum bisa memberikan update tulisan-tulisan baru karena memang pekerjaan di kantor masih banyak yang belum terselesaikan.

Permohonan maaf juga saya sampaikan bila selama ini banyak tulisan yang masih amburadul dan bisa jadi ada yang menyinggung perasaan pembaca sekalian. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Untuk lebih menguatkan keinginan berbagai pengetahuan terkait inti hidup ini, maka saya insya Allah berhijrah dari blogger ke Wordpress.

Berikut adalah alamat Wordpress saya

Semoga bisa lebih bermanfaat

Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh 

Thursday, July 19, 2012

Itu Namanya Penakut?!!

“Belum juga dijalani sudah takut duluan”. Kata-kata itu biasanya sering kuucapkan untuk diriku sendiri. Tapi ternyata kalau keluar dari orang lain rasanya jauh lebih menohok. “Mak jlebb

Setiap kali aku menulis atau memberikan materi kajian atau apapun, ada rasa-rasa ngeri yang muncul. Bagaimana kalau nanti Allah mengujiku dengan apa yang kutulis, kusampaikan dan kunasihatkan. Dan bagaimana bila nanti ternyata di ujian itu aku tidak lulus. “Apa kata dunia?”

Yang terbayang adalah, “Kajian tentang sabar, tapi kehilangan uang Rp 50 ribu saja sudah panik”. “Memberikan nasihat tentang sedekah, tapi bersedekah Rp 100 ribu saja beratnya minta ampun”. Menyampaikan bahwa semua yang terjadi adalah ketentuan Allah, tapi ketika dapat musibah malah mengeluh.”

Akhirnya muncullah pikiran, “Apa sebaiknya tidak usah menulis, mengisi kajian dan menyampaikan nasihat saja ya? Kan nanti ujiannya jadi lebih ringan. Atau paling tidak, tidak ada rasa bersalah ketika gagal dalam menjalani ujian kehidupan dari Allah, karena kita tidak menyampaikan ke orang lain.

“Itu namanya penakut”, kata istriku. “Semua yang kau khawatirkan itu khan belum terjadi. Mau menyampaikan nasihat atau tidak, manusia hidup itu akan dapat ujian. Mau menulis untuk mengajak kebaikan atau tidak, manusia semuanya akan mengalami ujian. Kalau semua mendapatkan ujian, kenapa tidak memilih ujian yang terbaik. Bukankah ujian juga menjadi bukti kebenaran yang kita ucapkan?”

Ya, jiwa penakut itu kadang-kadang masih menggelayuti pikiranku, pun hingga aku menuliskan tulisan ini. Karena aku yakin, nanti pasti akan muncul ujian dari Allah untuk membuktikan, apakah aku ini sesuai dengan yang kuucapkan atau kutuliskan atau tidak.

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?     

Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. 29: 2-3)

Tapi sekali lagi, semua manusia hidup di dunia ini tidak lepas dari yang namanya ujian. Terkadang menurut orang lain ujian kita berat, tapi ringan dalam pandangan kita. Dan kadang juga menurut kita berat, ternyata bagi orang lain adalah sesuatu yang mudah. Terus bila memang sama-sama diuji, kenapa takut dengan ujian? Takut, menghindar dan lari pun tetap akan dapat ujian.

Terima saja ujian, hadapi dengan penuh keyakinan bahwa Allah tidak menginginkan keburukan bagi hamba-Nya.

Terima kasih buat istriku yang mengingatkanku di masa-masa galau.

Wallahu A’lam bish Showab     

Wednesday, July 18, 2012

Gak Usah Dakwah Dech kalau Belum Begini dan Begitu.....

Fenomena ini pernah terjadi dan kadang berulang terjadi dalam hidupku. Sebuah pikiran yang muncul entah dari mana. Seolah-olah pikiran ini adalah sebuah pikiran yang benar dan pantas untuk diikuti. Sebuah keinginan agar berdakwah itu hanya wajib bagi mereka yang telah sempurna. Sementara bagi kebanyakan kita tidak perlu susah-susah ikut berdakwah. Kenapa? Karena kita bukan manusia yang sempurna. Kita masih punya banyak salah dan kekurangan. Jadi daripada berdakwah kepada orang lain, lebih baik memperbaiki diri dan keluarga saja. Itu sudah cukup. Tidak perlu neko-neko.

Tapi benarkah itu sebuah bisikan yang benar dari dalam jiwa yang jernih dan pikiran yang tenang? Mungkin tidak. Karena sesungguhnya Rasulullah juga menghadapi kondisi yang sama. Ia diminta oleh pembesar kaumnya untuk menjadi makhluk yang sempurna sehingga mereka akan beriman kepadanya. Bahkan permintaan mereka jauh lebih besar dan lebih tidak masuk akal.

Rasulullah diminta untuk berdoa kepada Allah agar gunung-gunung yang membatasi mereka disingkirkan. Dan kemudian tanah-tanah mereka memancarkan air sebagaimana sungai-sungai yang ada di Irak dan Syria. “Kalau kamu memang benar utusan Allah, bukankah itu mudah?” Begitu kata mereka.

“Kalau tidak, coba minta dibangkitkan orang yang sudah mati sehingga mereka bisa berbicara kepada kami tentang apa yang kau ucapkan. Dengan begitu kami akan tahu bahwa pernyataanmu memang benar adanya”.

“Kalau tidak, cobalah minta agar kau ditemani malaikat sehingga kami bisa mempercayai apa yang kau sampaikan. Mintalah kepada-Nya agar kau diberikan kebun-kebun, harta, dan istana yang terbuat dari emas dan perak. Sehingga kamu tidak perlu berusaha di pasar sebagaimana kami. Barulah kami akan percaya bahwa kau adalah seorang utusan Allah” 

“Kalau tidak, berikan saja ancaman yang kau janjikan. Jatuhkan langit kepada kami. Kami tidak akan percaya sebelum kamu melakukannya”. 

Bahkan salah seorang di antara mereka berkata, “Demi Allah, aku tidak akan beriman sebelum engkau memiliki tangga ke surga dan menaikinya dan aku melihatnya dengan mata kepala kami sendiri”.

Artinya, Muhammad kalau kamu memang seorang Rasul, kamu seharusnya sempurna, kamu seharusnya bisa meminta ini dan itu kepada Tuhanmu. Kalau kamu seorang Rasul harusnya kamu memiliki pembantu dari kalangan Malaikat. Kalau kamu seorang Rasul, harusnya kamu memiliki banyak harta dan tidak butuh mencari nafkah seperti kami. Kalau kamu seorang Rasul harusnya kamu bisa membuktikan ancaman-ancaman yang kamu sampaikan. Kalau kamu seorang Rasul, harusnya kamu menyempurnakan dirimu sehingga kami akan serta merta mengagumi keunggulanmu dan kami pasti akan senang hati mengikutimu.

Bila dalam bahasa dakwah sekarang ini, Mas atau Mbak, tidak usah dakwah-dakwah, sok mengajak, sekarang coba urus saja anak dan istri atau keluarga sendiri. Jadilah kaya dulu, dan buat kami melihat pribadimu yang menawan. Jangan coba-coba berdakwah kalo anda belum becus, kaya dan ahli menangani bisnis. Jangankan menangani bisnis, punya saja belum, sudah mau berdakwah! 

Jangan berdakwah dan sok mengajak, baca Quran saja belum lancar! Jangan sok suci dulu, hadits saja masih mengutip sana dan sini dari buku ini dan itu. Nasihat itu laksanakan dulu, jangan disebarluaskan, jangan jadi orang munafik dech!. Jadilah dulu orang yang berhasil, baru nanti kami pasti akan mengikuti dengan serta merta. Sekarang urus saja diri sendiri dulu. Dakwahnya nanti-nanti saja kalau sudah sukses.


Tapi apa balasan Allah tentang hal ini?

Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka, niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.(QS. 6: 111)

Tetap mengajak, tetap belajar memperbaiki diri dan tetap rendah hati, kita ini dituntut oleh Allah untuk berusaha mengajak sesama manusia ke arah kebaikan. 

Wallahu A’lam Bish Showab
  
         

Monday, July 16, 2012

Penjelasan dari Tiga Cara Memimpin yang Membawa Kekalahan

Seorang pemimpin harus berhati-hati dengan caranya memimpin
Pertama, ketika seorang pemimpin tidak tahu bagaimana sebenarnya kualitas prajuritnya. Itu menandakan sebuah kualitas yang tidak sesuai bagi seorang pemimpin. Ia hanya berpikir untuk mengalahkan musuh namun tidak melakukan apapun untuk mewujudkannya.

 Ia adalah pemimpin yang tertipu. Ia tidak tahu kemampuan prajuritnya. Ia hanya merasa bangga sebagai seorang pemimpin dan sebagai pemimpin  ia merasa dirinya harus diikuti oleh prajuritnya. Dan siapapun tidak boleh membantah akan semua perintah yang diberikannya.

Alhasil, ketika ia memberikan sebuah perintah kepada bawahan atau prajuritnya ia tidak akan membuat prajuritnya bergerak. Mereka, para prajurit, meragukan keputusan dan perintahnya. Apakah pemimpinnya bersungguh-sungguh? Ia meminta mereka untuk pergi ke lautan api. Padahal ia para bawahannya memakai baju dari kertas. Bila tersentuh api sedikit saja, mereka tidak akan bisa selamat. Mereka merasa bahwa pemimpinnya menyodorkan dinginnya salju ketika mereka berbaju air.

Dan bila pemimpin seperti ini tidak merubah sikapnya, yang terjadi adalah pemberontakan. Akan muncul pemimpin-pemimpin lain baik dari bawahannya sendiri atau dari pihak luar yang akan mengimingi para prajuritnya. Dan akibatnya, habislah ia karena ketidaktahuannya.

 Kedua, dalam sebuah kerajaan posisi politik sangat berpengaruh. Bisa jadi dalam sebuah kerajaan, orang yang dianggap tidak penting adalah orang yang paling berpengaruh. Dan memang demikianlah pemerintahan kerajaan dan politik semua serba terselubung dalam jubah-jubah kebesaran yang terkadang tidak mudah untuk mengetahui siapa yang menggunakannya.

Sedangkan dalam militer (peperangan), kejelasan dan ketegasan adalah esensinya. Tidak ada baju kepura-puraan. Semua harus menunjukkan watak asli dan kepatuhannya. Seorang jendralpun harus memberikan keputusan dan perintah yang menunjukkan karakter yang jelas dan tegas.

Maka bila seorang pemimpin tidak tahu bahwa ada perbedaan-perbedaaan dalam memimpin prajurti dan memimpin kerajaan, ia akan ditinggalkan oleh prajuritnya. Mereka merasa gelisah karena tidak ada lagi orang yang harus ditaati. Mereka tidak tahu lagi kepada siapa mereka harus memberikan jiwa dan raganya. Dan bila ini terjadi maka bersiaplah untuk menghadapi desas-desus bahwa sang pemimpin sebenarnya tidak becus dalam memberikan keputusan dan perintah. Di mata prajurit, pemimpinnya bukanlah seorang yang disegani. Ia akan ditinggalkan oleh prajuritnya.  

Ketiga, seorang kepala prajurit adalah seseorang yang memiliki kualitas tinggi yang diakui oleh prajurit lainnya. Ia muncul karena keunggulan, ia adalah seseorang yang dekat di hati para prajurit. Oleh karenanya, kepercayaan mereka sebenarnya bukan semata-mata kepada seorang jendral, tapi mereka percaya kepada kepala prajuritnya.

Bila sang kepala prajuritnya ternyata tidak dihargai dengan pantas oleh jendralnya, maka sebenarnya sang jendral sedang menggali kuburannya sendiri. Ia membuat para prajurit kehilangan kepercayaan. Bagaimana bila mungkin mereka berusaha dan memunculkan kualitas terbaik dan berharap menjadi kepala prajurit bila saat ini kepala prajurit yang mereka hargai diperlakukan tanpa adanya pembedaan atau pengakuan kualitas yang mumpuni. Mereka pasti akan merasa ogah-ogahan untuk melakukan yang terbaik.

Maka lengkaplah sudah faktor kekalahan bagi pasukan akibat kesalahan pemimpinnya.

Prajuritnya akan merasa bahwa pemimpinnya hanya memikirkan dirinya. Mereka juga tidak yakin bahwa pemimpinnya memberikan keraguan dalam memberikan perintah dan keputusan yang tidak jelas dan tega. Dan mereka juga merasa bahwa orang yang mereka kagumi tidak diakui dengan pengakuan yang sepantasnya.

Munculnya saling mencurigai dan akhirnya pemberontakan hanya menunggu waktu.

Bila ada yang belum membaca postingan sebelumnya silahkan klik di sini.

Wallhau A'lam bish showab    

  

Tuesday, July 10, 2012

Tiga Cara Memimpin yang Membawa Kekalahan (Bab 3, Bagian 2 Sun Tzu's The Art of War)

Kekalahan, bisa diakibatkan oleh kesalahan cara memimpin 

Ada tiga cara seorang pemimpin akan membawa kekalahan:

1. Dengan memberi perintah kepada pasukan tanpa memperhatikan bahwa pasukannya tidak bisa mematuhi. Hal ini dinamakan menjalankan pasukan dengan lemah.

2. Dengan memberi perintah kepada pasukan dengan cara yang sama mengatur kerajaan tanpa  memperhatikan perbedaan yang ada di dalam pasukan. Hal ini akan membuat kegelisahan muncul dalam pikiran prajurit.

 3. Dengan memperlakukan kepala pasukannya sama seperti prajurit biasa tanpa pandang bulu tanpa memperhatikan prinsip-prinsip militer yang harus beradaptasi terhadap kondisi-kondisi tertentu. Hal ini akan menggoyahkan kepercayaan diri para prajurit.

Ketika pasukan gelisah dan ragu, permasalahan akan datang dari pihak lain. Dan bila pihak lain sudah ikut bermain, akan muncul kekerasan dalam pasukan dan kemenangan tidak akan tercapai.

Bagaimana menurut anda bila dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silahkan share pendapat anda di comment yang ada di bawah 

Bagi yang masih kebingungan selanjutnya akan dijelaskan di sini

Wallahu A'lam

Monday, July 9, 2012

Rekor Itu akan Terpecahkan

Kemenangan Spanyol di Piala Eropa 2012 (flickr.com)
Judul itu memang sengaja muncul ketika menggambarkan kedigdayaan Spanyol dalam dunia sepak bola saat ini. Meski negara mereka sedang lesu-lesunya dalam bidang ekonomi, kemenangan mereka dalam Piala Eropa 2012 dirayakan di seluruh daratan Spanyol. 

Saya ingin memberikan sebuah gambaran lain. Dulu di cabang olah raga lari sebelum tahun 1954 ada sebuah keyakinan bahwa tidak mungkin seseorang bisa lari 1 mil dalam waktu kurang dari empat menit. Dan kenyataan ini telah bertahan selama 400 tahun. 

Rekor lari tercepat itu seakan-akan tidak mungkin terpecahkan. Tetapi kemudian muncullah seorang yang bernama Roger Bannister. Tidak ada yang istimewa dari seorang Roger Bannister yang lulusan Oxford. Di jaman itu masih banyak atlet-atlet lain yang lebih baik dari pada dia. Namun Bannister tidak kecil hati. Selain berlatih secara fisik, ia juga berlatih secara mental. Ia memvisualisasikan bahwa ia memecahkan rekor tersebut. 

Lalu tepat pada tanggal 6 Mei 1954, Ia memecahkan rekor dengan lari sejauh satu mil dalam waktu tiga menit 54 detik. Tapi bukan itu yang mengagumkan. Ternyata setelah ia memecahkan rekor itu, pada tahun yang sama 37 orang telah memecahkan rekornya. Dan pada tiga tahun selanjutnya lebih dari 300 pelari berhasil melakukannya. Rekor Bannister tidak terasa hebat lagi. 

Banyak orang yang melihat bahwa sejarah Italia yang tidak terkalahkan ketika bertemu Spanyol akan tidak bisa dipecahkan. Mereka melihat bahwa rekor itu tidak akan berubah. Spanyol akan dikalahkan oleh Italia di final Piala Eropa 2012. 

Namun yang dilakukan Spanyol adalah membuat sebuah rekor baru, Memenangkan Piala Eropa 2008, Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012. Sebuah rekor yang mungkin akan tetap berlanjut di Piala Dunia 2014 menurut prediksi banyak komententor. 

Namun saya yakin sebagaimana rekor Bannister tercetak, dalam waktu dekat akan banyak orang yang akan terlampaui. Begitu juga dengan pencapaian Spanyol kali ini. Ia juga akan terlampaui dalam waktu dekat.
Tapi harus diingat bahwa jauh dan dekatnya waktu antara lari dan sepak bola sangat jauh berbeda. Bila even lari bisa dilaksanakan berulang kali dalam setahun sepak bola mungkin memiliki perguliran yang agak lama, mungkin 10 atau 20 tahun. Tapi yang jelas rekor Spanyol itu akan kembali terpecahkan hingga orang menemukan kembali hambata dalam pikiran mereka bahwa rekor itu tidak akan terpecahkan. 

Siapakah nanti yang akan mencetak rekor melebihi era Spanyol? Apakah ia berasal juga dari Eropa? Kembali ke Brasil? Atau dari Afrika? Atau bahkan dari Eropa? Atau, kalau boleh membayangkan, mungkinkah Indonesia? 

Dan pertanyaan selanjutnya adalah, latihan apa yang telah kita lakukan untuk mewujudkan itu semua? 

Wallahu A’lam Bish

Thursday, July 5, 2012

Menyerang dengan Muslihat, Bab III Sun Tzu's The Art of War (bag I)

Sun Tzu berkata: dalam perang, yang terbaik adalah menguasai / mengambil alih seluruh negeri musuh secara keseluruhan; meluluhlantakkan negeri musuh adalah sesuatu yang jelek. Begitu juga mengambil alih seluruh pasukan lebih baik daripada membinasakannya, menangkap daerah, detasemen atau kelompok secara keseluruhan lebih baik daripada menghancurkan semuanya.

Maka bertarung dan menghancurkan musuh dalam semua perang bukan kemenangan yang sempurna; kemenangan yang sempurna adalah mematahkan perlawanan tanpa bertempur.

Maka, bentuk tertinggi ke-jendral-an seseorang adalah kemampuan menyurutkan rencana musuh; tingkat di bawahnya adalah mencegah bersatunya kekuatan-kekuatan musuh; tingkat di bawahnya lagi adalah menyerang musuh di medan terbuka; dan tingkat terendah adalah mengepung kota yang berbenteng.

Hindari mengepung kota yang memiliki benteng. Menyiapkan perlengkapan, tenda, dan berbagai peralatan perang akan memakan waktu tiga bulan; membuat tangga setinggi benteng akan memakan waktu tiga bulan lagi.

Bila seorang jendral tidak mampu mengontrol emosinya, ia akan memerintahkan menyerang seperti segerombol semut, ini akan membuat 1/3 pasukannya mati, sementara kota yang diserang tetap tidak bergeming. Itulah efek buruk pengepungan.

Oleh sebab itu pemimpin yang ahli, menaklukkan pasukan musuh tanpa berperang; dia menguasai kota-kota tanpa mengepung, dia menaklukkan kerajaan tanpa waktu yang lama di medan pertempuran. Dengan tidak berkurangnya pasukan, dia menunjukkan keahliannya menguasai negara. Dan juga, tanpa kehilangan pasukan, kemenangannya akan menjadi lengkap. Inilah cara menyerang dengan tipu muslihat.

Dalam pertempuran ada aturan, bila kekuatan kita dengan musuh 10:1, maka kita akan mengepungnya. Bila 5:1 kita akan menyerangnya. Dan bila dua kali lipat pasukan kita, maka kita membagi pasukan kita menjadi dua.

Bila pertarungan berimbang, kita bisa memilih; bila jumlah kita lebih kecil, kita bisa menghindari musuh; bila jumlahnya tidak seimbang, kita bisa lari.

Jadi, meski pertarungan yang sengit bisa dilakukan oleh pasukan yang kecil, akhirnya pertarungan itu pasti diakhiri dengan dikalahkannya pasukan kecil oleh pasukan yang lebih besar.

Sekarang, jendral adalah keamanan sebuah negara; bila keamanannya sempurna di semua lini, negara akan menjadi kuat; bila keamanannya ada yang rusak; negara akan menjadi lemah. 

       

Wednesday, June 27, 2012

Ketika Perang Berkobar, Bab II, Sun Tzu's The Art of War

Pertempuran (sumber flickr.com)
Sun Tzu berkata: dalam sebuah peperangan, di mana terdapat ribuan kereta perang, ratusan ribu tentara dengan baju zirahnya, dengan bekal untuk perjalanan sejauh 1000 Li, biaya yang dibutuhkan mulai dari daerah asal pasukan hingga garda depan, termasuk  hiburan bagi pembesar, hal-hal kecil seperti lem dan lukisan, ditambah dengan penyiapan kereta dan baju perang akan mencapai seribu ons perak perhari. Itulah biaya untuk memberangkatkan 100.000 orang tentara. 

Dalam pertempuran, dan kemenangan tak kunjung datang, pedang akan semakin tumpul, semangat akan turun. Bila mengepung kota, kau akan menguras kekuatanmu. Sekali lagi, bila perang berlangsung lama, sumberdaya negara tidak akan mampu menanggung biayanya. 

Ketika senjata tumpul, semangat pasukan turun, kekuatan surut, dan harta habis, raja lain akan menyerang daerah perbatasanmu. Dan bila ini terjadi, tidak satu orangpun, bagaimanapun bijaksananya, akan mampu mencegah akibat yang terjadi dari perang yang berlangsung lama. Oleh sebab itu, meski kita pernah mendengar ketergesa-gesaan adalah hal yang bodoh dalam perang, tapi waktu yang lama bukanlah sesuatu yang bisa disebut kecerdasan. Negara tidak akan menerima manfaat sama sekali dari perang yang berkepanjangan. 

Hanya yang mampu memahami betapa buruknya sebuah peperangan bisa mengetahui keuntungan dalam berperang. 

Prajurit yang terlatih tidak membentuk pasukan cadangan, kereta persediaannya juga tidak akan dimuati lebih dari sekali. Bawalah perbekalan ketika berangkat, tapi rampaslah harta musuhmu, sehingga pasukan akan memiliki bekal yang cukup. 

Kurangnya dana negara membuat pasukan harus di-supply dari jarak jauh. Mempertahankan pasukan dari jarak jauh akan memiskinkan rakyat. Di sisi lain, dekatnya tentara dengan suatu daerah akan membuat harga kebutuhan naik; dan naiknya harga akan menyebabkan sumber daya alam terkuras. Ketika sumberdaya terkuras, pekerjanya akan dibebani dengan pajak yang besar. 

Dengan terkurasnya sumberdaya, dan surutnya kekuatan, rakyat akan ditarik pajak besar-besaran, 3/10 penghasilan negara akan hilang; sementara pengeluaran untuk perbaikan kereta, kuda yang lelah, baju zirah, helm, busur dan anak panah, tombak, tameng, banteng penarik kereta, dan kereta perbekalan akan mencapai 4/10 dari total pendapatannya. 

Maka, seorang jendral yang bijak akan merampas harta musuhnya. Satu kereta perbekalan dari musuh setara dengan 20 kereta perbekalan milik sendiri, begitu juga 60 kg persediaan makanan dari musuh setara dengan 1200 kg perbekalan sendiri. 

Untuk mengalahkan musuh, tentara harus dibangkitkan amarahnya; harus ada keuntungan untuk mengalahkan musuh, harus ada imbalan. Karena itu, dalam pertarungan kereta berkuda, ketika telah menguasai sepuluh kereta atau lebih, semua harus diberikan kepada yang pertama berhasil menguasai. Bendera musuh harus diganti, dan kereta perang rampasan digunakan bersamaan dengan kereta perang sendiri. Tentara yang tertangkap harus diperlakukan dengan baik. Ini namanya memperkuat dengan tenaga musuh.

Dalam perang, tujuan utamanya hanya kemenangan bukan perang yang berkepanjangan. Karenanya, panglima adalah penentu dari nasib rakyatnya, tergantung kepadanya apakah negara akan berada dalam damai atau bahaya.

Monday, June 25, 2012

“Man Qolla Shidquhu Qolla Shodiquhu”


مَنْ قَلَّ صِدْقُهُ قَلَّ صَدِيْقُهُ


Siapa sedikit kejujurannya, sedikit temannya. Memang demikian makna mudah dari mahfudzot di atas. Tidak ada lagi yang perlu dibahas. Karena memang barang siapa yang senang dengan kebohongan sangat jauh dari pergaulan manusia. Tapi kasus jaman sekarang sepertinya tidak sesuai lagi dengan pemaknaan yang mudah. Sekarang ini banyak orang yang korupsi ternyata berjamaah. Banyak berbohong tetapi juga banyak pendukung. 

Untuk itulah aku menawarkan makna yang berbeda. Bila kita melihat arti kata shadaqo di Qur’an,  artinya ternyata lebih dari hanya mengatakan sebuah fakta dengan sesuai atau jujur. Hal ini bisa kita lihat di surat Al-Ahzab ayat 23,



Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya),

Di ayat di atas ada kata shodaquu, yang dalam kaidah bahasa Arab asal katanya sama dengan shidqu yakni shodaqo. Di tafsir Ibnu Katsir ketika membahas ayat ini Anas bin Malik mengatakan bahwa ayat ini berkenaan dengan seorang sahabat bernama Anas bin Nadr.

Anas bin Nadr ketika di perang Badar tidak datang. Oleh sebab itu dia merasa sangat menyesal sehingga ia berujar, “Perang pertama bersama utusan Allah dan aku tidak di sana. Bila Allah mengijinkan aku berperang dengan Rasulullah, Allah akan melihat apa saja yang bisa kulakukan!” Itu saja kalimat yang ia ucapkan.

Ketika perang Uhud pecah ia bergabung dengan pasukan Rasulullah saw. Dan ia berjuang bersama beliau hingga mendapatkan delapan puluh luka sabetan pedang dan tusukan tombak sampai akhirnya ia syahid. Salah seorang keluarganya hanya mengenali jasadnya dari jari-jemarinya saja.


Subhaanallah. 

Di ayat yang lain Allah juga memberikan arti kata shodaqo dengan arti yang hampir sama.
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Al Ankabut: 2-3)

Kurang lebih bila disimpulkan shodaqo adalah menepati janji atau samanya hati, perkataan dan perbuatan. Dan inilah definisi yang pas dengan mahfudzot di atas.

Dan di mahfudzot tersebut ada dua kata yang memiliki asal kata shodaqo yakni kata shidquhu dan shodiiquhu Artinya menjadi, “siapa yang sedikit dalam kesamaan antara hati, perkataan dan perbuatannya, sedikit pula orang di sekitarnya yang memiliki kesamaan hati, perkataan dan perbuatan”.

Dengan kata lain, orang-orang yang memiliki kesamaan hati, perkataan dan perbuatan akan senantiasa dikelilingi dan berkumpul dengan orang yang juga sama antara ungkapan hati, perkataan dan perbuatannya.

Dan begitu sebaliknya, bila seseorang tersebut sedikit kesamaan antara hati, perkataan dan perbuatan akan berada di lingkungan orang yang hati, perkataan dan perbuatannya sering berbeda atau munafik.

Sehingga bila seseorang yang memiliki banyak teman padahal ia adalah pribadi yang plin-plan bisa jadi temannya adalah orang yang serupa dengan dirinya. Dan sebaliknya, bisa jadi orang yang sedikit temannya karena orang  yang sama antara hati, perkataan dan perbuatan itu tidak banyak jumlahnya.

Namun, meski tidak banyak teman, ia akan mendapatkan pembelaan yang utuh karena mereka memiliki kesamaan ungkapan dalam hati, perkataan, dan perbuatan. Ungkapan iman, ketauhidan kepada Allah dan meneladani Rasulullah saw.

Wallahu A’lam bish Showab

Friday, June 22, 2012

Kenapa Harus Ada Saksi?


Karena manusia memiliki nafsu muncullah yang namanya saksi. Kenapa bisa begitu?

Dalam sebuah pengadilan, kita sudah mengerti apa itu saksi. Saksi didatangkan untuk mengetahui benar tidaknya tuduhan baik dari yang mengajukan tuntutan atau yang dituntut. Secara mudah saksi dibutuhkan untuk menjadi bukti hidup yang menjamin kebenaran sebuah peristiwa. Saksi ini harus mengetahui dengan betul perkara apa yang akan disidangkan. Dan karena tingkat pengetahuan ini bahkan memunculkan ada yang namanya saksi ahli.

Seorang penjahat bisa lolos dari pengadilan bila ia memiliki saksi yang kuat yang mampu menunjukkan bahwa dia berada dalam kebenaran. Pun sebaliknya. Seorang yang jujur bisa dihukum bila ia menuduh orang lain berbuat kejahatan dan tidak ada atau kurang saksi yang mendukung tuduhannya.

Karena godaan nafsu manusia yang jujur bisa terkadang berbuat salah. Apalagi orang yang tidak jujur pasti lebih sering berbuat salah. Karenanya ketika seseorang menghadapi dilema berbuat benar atau salah kita tidak bisa hanya menyerahkan kepada dia seorang. Harus ada saksi yang mendukungnya.

Dalam bahasa Arab saksi itu disebut sebagai syahiid atau syuhadaa’ ketika jama’ (plural dalam bahasa Inggris). Di dalam Al Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan kata syahiid atau syuhadaa’ ini.

Namun dari sekian banyak kemunculan kata ini ada dua persamaan (menurutku baru ketemu dua) yang bisa jadi pelajaran. Yang pertama kata syahiid atau syuhadaa’ akan muncul ketika ada peristiwa pembuktian atau membutuhkan adanya bukti antara kesesuaian ucapan dan perbuatan sebagaimana di sebuah persidangan. Artinya kesaksian atau saksi adalah sesuatu mutlak yang harus dimiliki untuk menunjukkan kebenaran.

Tidak hanya bagi manusia biasa. Bahkan para nabi dan rasul pun akan diminta bukti mereka.

Di hari Kebangkitan, Allah akan bertanya kepada Nuh, “Sudahkah kau menyampaikan risalah?” Nuh menjawab, “Sudah ya Allah”. Kaum nabi Nuh kemudian ditanya, “Sudahkah Nuh menyampaikan risalahnya?” Mereka menjawab, “Tidak ada pemberi peringatan yang datang kepada kami dan tidak ada rasul yang diutus kepada kami?” Lalu Nuh ditanya lagi, “Siapa yang akan menjadi saksimu?” Nuh menjawab, “Muhammad dan ummatnya.” (HR. Ahmad)

Yang kedua, saksi ini bermacam-macam. Namun yang menjadi ukuran kuat dan lemahnya tingkat kesaksian adalah tingkat pengetahuan mereka terhadap perkara. Oleh karenanya umat Islam akan menjadi saksi bagi umat manusia. Dan Rasul akan menjadi saksi atas umatnya. Selain itu seorang manusia juga memiliki saksi dari anggota tubuh mereka. dan yang paling tinggi adalah dari yang Maha Menyaksikan, Allah swt.

Dan bila sudah Allah yang menjadi saksi bagaimana seseorang bisa membantah atau berpaling?

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.(QS. 2: 143)

Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. (QS. 41: 20)

Bahkan mereka mengatakan: "Dia (Muhammad) telah mengada-adakannya (Al Quran)." Katakanlah: "Jika aku mengada-adakannya, maka kamu tiada mempunyai kuasa sedikitpun mempertahankan aku dari (azab) Allah itu. Dia lebih mengetahui apa-apa yang kamu percakapkan tentang Al Quran itu. Cukuplah Dia menjadi saksi antaraku dan antaramu dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. 46:8)

Wallahu A’lam Bish Showab