Thursday, July 19, 2012

Itu Namanya Penakut?!!

“Belum juga dijalani sudah takut duluan”. Kata-kata itu biasanya sering kuucapkan untuk diriku sendiri. Tapi ternyata kalau keluar dari orang lain rasanya jauh lebih menohok. “Mak jlebb

Setiap kali aku menulis atau memberikan materi kajian atau apapun, ada rasa-rasa ngeri yang muncul. Bagaimana kalau nanti Allah mengujiku dengan apa yang kutulis, kusampaikan dan kunasihatkan. Dan bagaimana bila nanti ternyata di ujian itu aku tidak lulus. “Apa kata dunia?”

Yang terbayang adalah, “Kajian tentang sabar, tapi kehilangan uang Rp 50 ribu saja sudah panik”. “Memberikan nasihat tentang sedekah, tapi bersedekah Rp 100 ribu saja beratnya minta ampun”. Menyampaikan bahwa semua yang terjadi adalah ketentuan Allah, tapi ketika dapat musibah malah mengeluh.”

Akhirnya muncullah pikiran, “Apa sebaiknya tidak usah menulis, mengisi kajian dan menyampaikan nasihat saja ya? Kan nanti ujiannya jadi lebih ringan. Atau paling tidak, tidak ada rasa bersalah ketika gagal dalam menjalani ujian kehidupan dari Allah, karena kita tidak menyampaikan ke orang lain.

“Itu namanya penakut”, kata istriku. “Semua yang kau khawatirkan itu khan belum terjadi. Mau menyampaikan nasihat atau tidak, manusia hidup itu akan dapat ujian. Mau menulis untuk mengajak kebaikan atau tidak, manusia semuanya akan mengalami ujian. Kalau semua mendapatkan ujian, kenapa tidak memilih ujian yang terbaik. Bukankah ujian juga menjadi bukti kebenaran yang kita ucapkan?”

Ya, jiwa penakut itu kadang-kadang masih menggelayuti pikiranku, pun hingga aku menuliskan tulisan ini. Karena aku yakin, nanti pasti akan muncul ujian dari Allah untuk membuktikan, apakah aku ini sesuai dengan yang kuucapkan atau kutuliskan atau tidak.

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?     

Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. 29: 2-3)

Tapi sekali lagi, semua manusia hidup di dunia ini tidak lepas dari yang namanya ujian. Terkadang menurut orang lain ujian kita berat, tapi ringan dalam pandangan kita. Dan kadang juga menurut kita berat, ternyata bagi orang lain adalah sesuatu yang mudah. Terus bila memang sama-sama diuji, kenapa takut dengan ujian? Takut, menghindar dan lari pun tetap akan dapat ujian.

Terima saja ujian, hadapi dengan penuh keyakinan bahwa Allah tidak menginginkan keburukan bagi hamba-Nya.

Terima kasih buat istriku yang mengingatkanku di masa-masa galau.

Wallahu A’lam bish Showab     

Wednesday, July 18, 2012

Gak Usah Dakwah Dech kalau Belum Begini dan Begitu.....

Fenomena ini pernah terjadi dan kadang berulang terjadi dalam hidupku. Sebuah pikiran yang muncul entah dari mana. Seolah-olah pikiran ini adalah sebuah pikiran yang benar dan pantas untuk diikuti. Sebuah keinginan agar berdakwah itu hanya wajib bagi mereka yang telah sempurna. Sementara bagi kebanyakan kita tidak perlu susah-susah ikut berdakwah. Kenapa? Karena kita bukan manusia yang sempurna. Kita masih punya banyak salah dan kekurangan. Jadi daripada berdakwah kepada orang lain, lebih baik memperbaiki diri dan keluarga saja. Itu sudah cukup. Tidak perlu neko-neko.

Tapi benarkah itu sebuah bisikan yang benar dari dalam jiwa yang jernih dan pikiran yang tenang? Mungkin tidak. Karena sesungguhnya Rasulullah juga menghadapi kondisi yang sama. Ia diminta oleh pembesar kaumnya untuk menjadi makhluk yang sempurna sehingga mereka akan beriman kepadanya. Bahkan permintaan mereka jauh lebih besar dan lebih tidak masuk akal.

Rasulullah diminta untuk berdoa kepada Allah agar gunung-gunung yang membatasi mereka disingkirkan. Dan kemudian tanah-tanah mereka memancarkan air sebagaimana sungai-sungai yang ada di Irak dan Syria. “Kalau kamu memang benar utusan Allah, bukankah itu mudah?” Begitu kata mereka.

“Kalau tidak, coba minta dibangkitkan orang yang sudah mati sehingga mereka bisa berbicara kepada kami tentang apa yang kau ucapkan. Dengan begitu kami akan tahu bahwa pernyataanmu memang benar adanya”.

“Kalau tidak, cobalah minta agar kau ditemani malaikat sehingga kami bisa mempercayai apa yang kau sampaikan. Mintalah kepada-Nya agar kau diberikan kebun-kebun, harta, dan istana yang terbuat dari emas dan perak. Sehingga kamu tidak perlu berusaha di pasar sebagaimana kami. Barulah kami akan percaya bahwa kau adalah seorang utusan Allah” 

“Kalau tidak, berikan saja ancaman yang kau janjikan. Jatuhkan langit kepada kami. Kami tidak akan percaya sebelum kamu melakukannya”. 

Bahkan salah seorang di antara mereka berkata, “Demi Allah, aku tidak akan beriman sebelum engkau memiliki tangga ke surga dan menaikinya dan aku melihatnya dengan mata kepala kami sendiri”.

Artinya, Muhammad kalau kamu memang seorang Rasul, kamu seharusnya sempurna, kamu seharusnya bisa meminta ini dan itu kepada Tuhanmu. Kalau kamu seorang Rasul harusnya kamu memiliki pembantu dari kalangan Malaikat. Kalau kamu seorang Rasul, harusnya kamu memiliki banyak harta dan tidak butuh mencari nafkah seperti kami. Kalau kamu seorang Rasul harusnya kamu bisa membuktikan ancaman-ancaman yang kamu sampaikan. Kalau kamu seorang Rasul, harusnya kamu menyempurnakan dirimu sehingga kami akan serta merta mengagumi keunggulanmu dan kami pasti akan senang hati mengikutimu.

Bila dalam bahasa dakwah sekarang ini, Mas atau Mbak, tidak usah dakwah-dakwah, sok mengajak, sekarang coba urus saja anak dan istri atau keluarga sendiri. Jadilah kaya dulu, dan buat kami melihat pribadimu yang menawan. Jangan coba-coba berdakwah kalo anda belum becus, kaya dan ahli menangani bisnis. Jangankan menangani bisnis, punya saja belum, sudah mau berdakwah! 

Jangan berdakwah dan sok mengajak, baca Quran saja belum lancar! Jangan sok suci dulu, hadits saja masih mengutip sana dan sini dari buku ini dan itu. Nasihat itu laksanakan dulu, jangan disebarluaskan, jangan jadi orang munafik dech!. Jadilah dulu orang yang berhasil, baru nanti kami pasti akan mengikuti dengan serta merta. Sekarang urus saja diri sendiri dulu. Dakwahnya nanti-nanti saja kalau sudah sukses.


Tapi apa balasan Allah tentang hal ini?

Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka, niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.(QS. 6: 111)

Tetap mengajak, tetap belajar memperbaiki diri dan tetap rendah hati, kita ini dituntut oleh Allah untuk berusaha mengajak sesama manusia ke arah kebaikan. 

Wallahu A’lam Bish Showab
  
         

Monday, July 16, 2012

Penjelasan dari Tiga Cara Memimpin yang Membawa Kekalahan

Seorang pemimpin harus berhati-hati dengan caranya memimpin
Pertama, ketika seorang pemimpin tidak tahu bagaimana sebenarnya kualitas prajuritnya. Itu menandakan sebuah kualitas yang tidak sesuai bagi seorang pemimpin. Ia hanya berpikir untuk mengalahkan musuh namun tidak melakukan apapun untuk mewujudkannya.

 Ia adalah pemimpin yang tertipu. Ia tidak tahu kemampuan prajuritnya. Ia hanya merasa bangga sebagai seorang pemimpin dan sebagai pemimpin  ia merasa dirinya harus diikuti oleh prajuritnya. Dan siapapun tidak boleh membantah akan semua perintah yang diberikannya.

Alhasil, ketika ia memberikan sebuah perintah kepada bawahan atau prajuritnya ia tidak akan membuat prajuritnya bergerak. Mereka, para prajurit, meragukan keputusan dan perintahnya. Apakah pemimpinnya bersungguh-sungguh? Ia meminta mereka untuk pergi ke lautan api. Padahal ia para bawahannya memakai baju dari kertas. Bila tersentuh api sedikit saja, mereka tidak akan bisa selamat. Mereka merasa bahwa pemimpinnya menyodorkan dinginnya salju ketika mereka berbaju air.

Dan bila pemimpin seperti ini tidak merubah sikapnya, yang terjadi adalah pemberontakan. Akan muncul pemimpin-pemimpin lain baik dari bawahannya sendiri atau dari pihak luar yang akan mengimingi para prajuritnya. Dan akibatnya, habislah ia karena ketidaktahuannya.

 Kedua, dalam sebuah kerajaan posisi politik sangat berpengaruh. Bisa jadi dalam sebuah kerajaan, orang yang dianggap tidak penting adalah orang yang paling berpengaruh. Dan memang demikianlah pemerintahan kerajaan dan politik semua serba terselubung dalam jubah-jubah kebesaran yang terkadang tidak mudah untuk mengetahui siapa yang menggunakannya.

Sedangkan dalam militer (peperangan), kejelasan dan ketegasan adalah esensinya. Tidak ada baju kepura-puraan. Semua harus menunjukkan watak asli dan kepatuhannya. Seorang jendralpun harus memberikan keputusan dan perintah yang menunjukkan karakter yang jelas dan tegas.

Maka bila seorang pemimpin tidak tahu bahwa ada perbedaan-perbedaaan dalam memimpin prajurti dan memimpin kerajaan, ia akan ditinggalkan oleh prajuritnya. Mereka merasa gelisah karena tidak ada lagi orang yang harus ditaati. Mereka tidak tahu lagi kepada siapa mereka harus memberikan jiwa dan raganya. Dan bila ini terjadi maka bersiaplah untuk menghadapi desas-desus bahwa sang pemimpin sebenarnya tidak becus dalam memberikan keputusan dan perintah. Di mata prajurit, pemimpinnya bukanlah seorang yang disegani. Ia akan ditinggalkan oleh prajuritnya.  

Ketiga, seorang kepala prajurit adalah seseorang yang memiliki kualitas tinggi yang diakui oleh prajurit lainnya. Ia muncul karena keunggulan, ia adalah seseorang yang dekat di hati para prajurit. Oleh karenanya, kepercayaan mereka sebenarnya bukan semata-mata kepada seorang jendral, tapi mereka percaya kepada kepala prajuritnya.

Bila sang kepala prajuritnya ternyata tidak dihargai dengan pantas oleh jendralnya, maka sebenarnya sang jendral sedang menggali kuburannya sendiri. Ia membuat para prajurit kehilangan kepercayaan. Bagaimana bila mungkin mereka berusaha dan memunculkan kualitas terbaik dan berharap menjadi kepala prajurit bila saat ini kepala prajurit yang mereka hargai diperlakukan tanpa adanya pembedaan atau pengakuan kualitas yang mumpuni. Mereka pasti akan merasa ogah-ogahan untuk melakukan yang terbaik.

Maka lengkaplah sudah faktor kekalahan bagi pasukan akibat kesalahan pemimpinnya.

Prajuritnya akan merasa bahwa pemimpinnya hanya memikirkan dirinya. Mereka juga tidak yakin bahwa pemimpinnya memberikan keraguan dalam memberikan perintah dan keputusan yang tidak jelas dan tega. Dan mereka juga merasa bahwa orang yang mereka kagumi tidak diakui dengan pengakuan yang sepantasnya.

Munculnya saling mencurigai dan akhirnya pemberontakan hanya menunggu waktu.

Bila ada yang belum membaca postingan sebelumnya silahkan klik di sini.

Wallhau A'lam bish showab    

  

Tuesday, July 10, 2012

Tiga Cara Memimpin yang Membawa Kekalahan (Bab 3, Bagian 2 Sun Tzu's The Art of War)

Kekalahan, bisa diakibatkan oleh kesalahan cara memimpin 

Ada tiga cara seorang pemimpin akan membawa kekalahan:

1. Dengan memberi perintah kepada pasukan tanpa memperhatikan bahwa pasukannya tidak bisa mematuhi. Hal ini dinamakan menjalankan pasukan dengan lemah.

2. Dengan memberi perintah kepada pasukan dengan cara yang sama mengatur kerajaan tanpa  memperhatikan perbedaan yang ada di dalam pasukan. Hal ini akan membuat kegelisahan muncul dalam pikiran prajurit.

 3. Dengan memperlakukan kepala pasukannya sama seperti prajurit biasa tanpa pandang bulu tanpa memperhatikan prinsip-prinsip militer yang harus beradaptasi terhadap kondisi-kondisi tertentu. Hal ini akan menggoyahkan kepercayaan diri para prajurit.

Ketika pasukan gelisah dan ragu, permasalahan akan datang dari pihak lain. Dan bila pihak lain sudah ikut bermain, akan muncul kekerasan dalam pasukan dan kemenangan tidak akan tercapai.

Bagaimana menurut anda bila dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silahkan share pendapat anda di comment yang ada di bawah 

Bagi yang masih kebingungan selanjutnya akan dijelaskan di sini

Wallahu A'lam

Monday, July 9, 2012

Rekor Itu akan Terpecahkan

Kemenangan Spanyol di Piala Eropa 2012 (flickr.com)
Judul itu memang sengaja muncul ketika menggambarkan kedigdayaan Spanyol dalam dunia sepak bola saat ini. Meski negara mereka sedang lesu-lesunya dalam bidang ekonomi, kemenangan mereka dalam Piala Eropa 2012 dirayakan di seluruh daratan Spanyol. 

Saya ingin memberikan sebuah gambaran lain. Dulu di cabang olah raga lari sebelum tahun 1954 ada sebuah keyakinan bahwa tidak mungkin seseorang bisa lari 1 mil dalam waktu kurang dari empat menit. Dan kenyataan ini telah bertahan selama 400 tahun. 

Rekor lari tercepat itu seakan-akan tidak mungkin terpecahkan. Tetapi kemudian muncullah seorang yang bernama Roger Bannister. Tidak ada yang istimewa dari seorang Roger Bannister yang lulusan Oxford. Di jaman itu masih banyak atlet-atlet lain yang lebih baik dari pada dia. Namun Bannister tidak kecil hati. Selain berlatih secara fisik, ia juga berlatih secara mental. Ia memvisualisasikan bahwa ia memecahkan rekor tersebut. 

Lalu tepat pada tanggal 6 Mei 1954, Ia memecahkan rekor dengan lari sejauh satu mil dalam waktu tiga menit 54 detik. Tapi bukan itu yang mengagumkan. Ternyata setelah ia memecahkan rekor itu, pada tahun yang sama 37 orang telah memecahkan rekornya. Dan pada tiga tahun selanjutnya lebih dari 300 pelari berhasil melakukannya. Rekor Bannister tidak terasa hebat lagi. 

Banyak orang yang melihat bahwa sejarah Italia yang tidak terkalahkan ketika bertemu Spanyol akan tidak bisa dipecahkan. Mereka melihat bahwa rekor itu tidak akan berubah. Spanyol akan dikalahkan oleh Italia di final Piala Eropa 2012. 

Namun yang dilakukan Spanyol adalah membuat sebuah rekor baru, Memenangkan Piala Eropa 2008, Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012. Sebuah rekor yang mungkin akan tetap berlanjut di Piala Dunia 2014 menurut prediksi banyak komententor. 

Namun saya yakin sebagaimana rekor Bannister tercetak, dalam waktu dekat akan banyak orang yang akan terlampaui. Begitu juga dengan pencapaian Spanyol kali ini. Ia juga akan terlampaui dalam waktu dekat.
Tapi harus diingat bahwa jauh dan dekatnya waktu antara lari dan sepak bola sangat jauh berbeda. Bila even lari bisa dilaksanakan berulang kali dalam setahun sepak bola mungkin memiliki perguliran yang agak lama, mungkin 10 atau 20 tahun. Tapi yang jelas rekor Spanyol itu akan kembali terpecahkan hingga orang menemukan kembali hambata dalam pikiran mereka bahwa rekor itu tidak akan terpecahkan. 

Siapakah nanti yang akan mencetak rekor melebihi era Spanyol? Apakah ia berasal juga dari Eropa? Kembali ke Brasil? Atau dari Afrika? Atau bahkan dari Eropa? Atau, kalau boleh membayangkan, mungkinkah Indonesia? 

Dan pertanyaan selanjutnya adalah, latihan apa yang telah kita lakukan untuk mewujudkan itu semua? 

Wallahu A’lam Bish

Thursday, July 5, 2012

Menyerang dengan Muslihat, Bab III Sun Tzu's The Art of War (bag I)

Sun Tzu berkata: dalam perang, yang terbaik adalah menguasai / mengambil alih seluruh negeri musuh secara keseluruhan; meluluhlantakkan negeri musuh adalah sesuatu yang jelek. Begitu juga mengambil alih seluruh pasukan lebih baik daripada membinasakannya, menangkap daerah, detasemen atau kelompok secara keseluruhan lebih baik daripada menghancurkan semuanya.

Maka bertarung dan menghancurkan musuh dalam semua perang bukan kemenangan yang sempurna; kemenangan yang sempurna adalah mematahkan perlawanan tanpa bertempur.

Maka, bentuk tertinggi ke-jendral-an seseorang adalah kemampuan menyurutkan rencana musuh; tingkat di bawahnya adalah mencegah bersatunya kekuatan-kekuatan musuh; tingkat di bawahnya lagi adalah menyerang musuh di medan terbuka; dan tingkat terendah adalah mengepung kota yang berbenteng.

Hindari mengepung kota yang memiliki benteng. Menyiapkan perlengkapan, tenda, dan berbagai peralatan perang akan memakan waktu tiga bulan; membuat tangga setinggi benteng akan memakan waktu tiga bulan lagi.

Bila seorang jendral tidak mampu mengontrol emosinya, ia akan memerintahkan menyerang seperti segerombol semut, ini akan membuat 1/3 pasukannya mati, sementara kota yang diserang tetap tidak bergeming. Itulah efek buruk pengepungan.

Oleh sebab itu pemimpin yang ahli, menaklukkan pasukan musuh tanpa berperang; dia menguasai kota-kota tanpa mengepung, dia menaklukkan kerajaan tanpa waktu yang lama di medan pertempuran. Dengan tidak berkurangnya pasukan, dia menunjukkan keahliannya menguasai negara. Dan juga, tanpa kehilangan pasukan, kemenangannya akan menjadi lengkap. Inilah cara menyerang dengan tipu muslihat.

Dalam pertempuran ada aturan, bila kekuatan kita dengan musuh 10:1, maka kita akan mengepungnya. Bila 5:1 kita akan menyerangnya. Dan bila dua kali lipat pasukan kita, maka kita membagi pasukan kita menjadi dua.

Bila pertarungan berimbang, kita bisa memilih; bila jumlah kita lebih kecil, kita bisa menghindari musuh; bila jumlahnya tidak seimbang, kita bisa lari.

Jadi, meski pertarungan yang sengit bisa dilakukan oleh pasukan yang kecil, akhirnya pertarungan itu pasti diakhiri dengan dikalahkannya pasukan kecil oleh pasukan yang lebih besar.

Sekarang, jendral adalah keamanan sebuah negara; bila keamanannya sempurna di semua lini, negara akan menjadi kuat; bila keamanannya ada yang rusak; negara akan menjadi lemah.