![]() |
Seorang pemimpin harus berhati-hati dengan caranya memimpin |
Pertama,
ketika seorang pemimpin tidak tahu bagaimana sebenarnya kualitas prajuritnya. Itu
menandakan sebuah kualitas yang tidak sesuai bagi seorang pemimpin. Ia hanya
berpikir untuk mengalahkan musuh namun tidak melakukan apapun untuk mewujudkannya.
Ia
adalah pemimpin yang tertipu. Ia tidak tahu kemampuan prajuritnya. Ia hanya
merasa bangga sebagai seorang pemimpin dan sebagai pemimpin ia merasa dirinya harus diikuti oleh
prajuritnya. Dan siapapun tidak boleh membantah akan semua perintah yang
diberikannya.
Alhasil,
ketika ia memberikan sebuah perintah kepada bawahan atau prajuritnya ia tidak
akan membuat prajuritnya bergerak. Mereka, para prajurit, meragukan keputusan
dan perintahnya. Apakah pemimpinnya bersungguh-sungguh? Ia meminta mereka untuk
pergi ke lautan api. Padahal ia para bawahannya memakai baju dari kertas. Bila
tersentuh api sedikit saja, mereka tidak akan bisa selamat. Mereka merasa bahwa
pemimpinnya menyodorkan dinginnya salju ketika mereka berbaju air.
Dan
bila pemimpin seperti ini tidak merubah sikapnya, yang terjadi adalah
pemberontakan. Akan muncul pemimpin-pemimpin lain baik dari bawahannya sendiri
atau dari pihak luar yang akan mengimingi para prajuritnya. Dan akibatnya,
habislah ia karena ketidaktahuannya.
Kedua,
dalam sebuah kerajaan posisi politik sangat berpengaruh. Bisa jadi dalam sebuah
kerajaan, orang yang dianggap tidak penting adalah orang yang paling
berpengaruh. Dan memang demikianlah pemerintahan kerajaan dan politik semua
serba terselubung dalam jubah-jubah kebesaran yang terkadang tidak mudah untuk
mengetahui siapa yang menggunakannya.
Sedangkan
dalam militer (peperangan), kejelasan dan ketegasan adalah esensinya. Tidak ada baju
kepura-puraan. Semua harus menunjukkan watak asli dan kepatuhannya. Seorang
jendralpun harus memberikan keputusan dan perintah yang menunjukkan karakter
yang jelas dan tegas.
Maka
bila seorang pemimpin tidak tahu bahwa ada perbedaan-perbedaaan dalam memimpin
prajurti dan memimpin kerajaan, ia akan ditinggalkan oleh prajuritnya. Mereka
merasa gelisah karena tidak ada lagi orang yang harus ditaati. Mereka tidak
tahu lagi kepada siapa mereka harus memberikan jiwa dan raganya. Dan bila ini
terjadi maka bersiaplah untuk menghadapi desas-desus bahwa sang pemimpin
sebenarnya tidak becus dalam memberikan keputusan dan perintah. Di mata
prajurit, pemimpinnya bukanlah seorang yang disegani. Ia akan ditinggalkan oleh
prajuritnya.
Ketiga,
seorang kepala prajurit adalah seseorang yang memiliki kualitas tinggi yang
diakui oleh prajurit lainnya. Ia muncul karena keunggulan, ia adalah seseorang
yang dekat di hati para prajurit. Oleh karenanya, kepercayaan mereka sebenarnya
bukan semata-mata kepada seorang jendral, tapi mereka percaya kepada kepala
prajuritnya.
Bila
sang kepala prajuritnya ternyata tidak dihargai dengan pantas oleh jendralnya,
maka sebenarnya sang jendral sedang menggali kuburannya sendiri. Ia membuat
para prajurit kehilangan kepercayaan. Bagaimana bila mungkin mereka berusaha
dan memunculkan kualitas terbaik dan berharap menjadi kepala prajurit bila saat
ini kepala prajurit yang mereka hargai diperlakukan tanpa adanya pembedaan atau
pengakuan kualitas yang mumpuni. Mereka pasti akan merasa ogah-ogahan untuk
melakukan yang terbaik.
Maka
lengkaplah sudah faktor kekalahan bagi pasukan akibat kesalahan pemimpinnya.
Prajuritnya
akan merasa bahwa pemimpinnya hanya memikirkan dirinya. Mereka juga tidak yakin
bahwa pemimpinnya memberikan keraguan dalam memberikan perintah dan keputusan
yang tidak jelas dan tega. Dan mereka juga merasa bahwa orang yang mereka
kagumi tidak diakui dengan pengakuan yang sepantasnya.
Munculnya
saling mencurigai dan akhirnya pemberontakan hanya menunggu waktu.
Bila ada yang belum membaca postingan sebelumnya silahkan klik di sini.
Bila ada yang belum membaca postingan sebelumnya silahkan klik di sini.
Wallhau A'lam bish showab
No comments:
Post a Comment