![]() |
Pertempuran (sumber flickr.com) |
Sun Tzu berkata: dalam sebuah peperangan, di mana terdapat
ribuan kereta perang, ratusan ribu tentara dengan baju zirahnya, dengan bekal untuk
perjalanan sejauh 1000 Li, biaya yang dibutuhkan mulai dari daerah asal pasukan
hingga garda depan, termasuk hiburan
bagi pembesar, hal-hal kecil seperti lem dan lukisan, ditambah dengan penyiapan
kereta dan baju perang akan mencapai seribu ons perak perhari. Itulah biaya
untuk memberangkatkan 100.000 orang tentara.
Dalam pertempuran, dan kemenangan tak kunjung datang, pedang
akan semakin tumpul, semangat akan turun. Bila mengepung kota, kau akan
menguras kekuatanmu. Sekali lagi, bila perang berlangsung lama, sumberdaya
negara tidak akan mampu menanggung biayanya.
Ketika senjata tumpul, semangat pasukan turun, kekuatan
surut, dan harta habis, raja lain akan menyerang daerah perbatasanmu. Dan bila
ini terjadi, tidak satu orangpun, bagaimanapun bijaksananya, akan mampu
mencegah akibat yang terjadi dari perang yang berlangsung lama. Oleh sebab itu,
meski kita pernah mendengar ketergesa-gesaan adalah hal yang bodoh dalam perang,
tapi waktu yang lama bukanlah sesuatu yang bisa disebut kecerdasan. Negara
tidak akan menerima manfaat sama sekali dari perang yang berkepanjangan.
Hanya yang mampu memahami betapa buruknya sebuah peperangan bisa
mengetahui keuntungan dalam berperang.
Prajurit yang terlatih tidak membentuk pasukan cadangan, kereta
persediaannya juga tidak akan dimuati lebih dari sekali. Bawalah perbekalan ketika
berangkat, tapi rampaslah harta musuhmu, sehingga pasukan akan memiliki bekal
yang cukup.
Kurangnya dana negara membuat pasukan harus di-supply dari
jarak jauh. Mempertahankan pasukan dari jarak jauh akan memiskinkan rakyat. Di
sisi lain, dekatnya tentara dengan suatu daerah akan membuat harga kebutuhan naik;
dan naiknya harga akan menyebabkan sumber daya alam terkuras. Ketika sumberdaya
terkuras, pekerjanya akan dibebani dengan pajak yang besar.
Dengan terkurasnya sumberdaya, dan surutnya kekuatan, rakyat
akan ditarik pajak besar-besaran, 3/10 penghasilan negara akan hilang;
sementara pengeluaran untuk perbaikan kereta, kuda yang lelah, baju zirah, helm,
busur dan anak panah, tombak, tameng, banteng penarik kereta, dan kereta
perbekalan akan mencapai 4/10 dari total pendapatannya.
Maka, seorang jendral yang bijak akan merampas harta
musuhnya. Satu kereta perbekalan dari musuh setara dengan 20 kereta perbekalan milik
sendiri, begitu juga 60 kg persediaan makanan dari musuh setara dengan 1200 kg
perbekalan sendiri.
Untuk mengalahkan musuh, tentara harus dibangkitkan
amarahnya; harus ada keuntungan untuk mengalahkan musuh, harus ada imbalan. Karena
itu, dalam pertarungan kereta berkuda, ketika telah menguasai sepuluh kereta atau
lebih, semua harus diberikan kepada yang pertama berhasil menguasai. Bendera musuh
harus diganti, dan kereta perang rampasan digunakan bersamaan dengan kereta
perang sendiri. Tentara yang tertangkap harus diperlakukan dengan baik. Ini
namanya memperkuat dengan tenaga musuh.
Dalam perang, tujuan utamanya hanya kemenangan bukan perang
yang berkepanjangan. Karenanya, panglima adalah penentu dari nasib rakyatnya, tergantung
kepadanya apakah negara akan berada dalam damai atau bahaya.
Hehmm, masih mencerna. Menunggu kelanjutan tulisannya
ReplyDeleteTerimakasih atas kunjungannya.. insya Allah berlanjut
ReplyDelete