Wednesday, July 18, 2012

Gak Usah Dakwah Dech kalau Belum Begini dan Begitu.....

Fenomena ini pernah terjadi dan kadang berulang terjadi dalam hidupku. Sebuah pikiran yang muncul entah dari mana. Seolah-olah pikiran ini adalah sebuah pikiran yang benar dan pantas untuk diikuti. Sebuah keinginan agar berdakwah itu hanya wajib bagi mereka yang telah sempurna. Sementara bagi kebanyakan kita tidak perlu susah-susah ikut berdakwah. Kenapa? Karena kita bukan manusia yang sempurna. Kita masih punya banyak salah dan kekurangan. Jadi daripada berdakwah kepada orang lain, lebih baik memperbaiki diri dan keluarga saja. Itu sudah cukup. Tidak perlu neko-neko.

Tapi benarkah itu sebuah bisikan yang benar dari dalam jiwa yang jernih dan pikiran yang tenang? Mungkin tidak. Karena sesungguhnya Rasulullah juga menghadapi kondisi yang sama. Ia diminta oleh pembesar kaumnya untuk menjadi makhluk yang sempurna sehingga mereka akan beriman kepadanya. Bahkan permintaan mereka jauh lebih besar dan lebih tidak masuk akal.

Rasulullah diminta untuk berdoa kepada Allah agar gunung-gunung yang membatasi mereka disingkirkan. Dan kemudian tanah-tanah mereka memancarkan air sebagaimana sungai-sungai yang ada di Irak dan Syria. “Kalau kamu memang benar utusan Allah, bukankah itu mudah?” Begitu kata mereka.

“Kalau tidak, coba minta dibangkitkan orang yang sudah mati sehingga mereka bisa berbicara kepada kami tentang apa yang kau ucapkan. Dengan begitu kami akan tahu bahwa pernyataanmu memang benar adanya”.

“Kalau tidak, cobalah minta agar kau ditemani malaikat sehingga kami bisa mempercayai apa yang kau sampaikan. Mintalah kepada-Nya agar kau diberikan kebun-kebun, harta, dan istana yang terbuat dari emas dan perak. Sehingga kamu tidak perlu berusaha di pasar sebagaimana kami. Barulah kami akan percaya bahwa kau adalah seorang utusan Allah” 

“Kalau tidak, berikan saja ancaman yang kau janjikan. Jatuhkan langit kepada kami. Kami tidak akan percaya sebelum kamu melakukannya”. 

Bahkan salah seorang di antara mereka berkata, “Demi Allah, aku tidak akan beriman sebelum engkau memiliki tangga ke surga dan menaikinya dan aku melihatnya dengan mata kepala kami sendiri”.

Artinya, Muhammad kalau kamu memang seorang Rasul, kamu seharusnya sempurna, kamu seharusnya bisa meminta ini dan itu kepada Tuhanmu. Kalau kamu seorang Rasul harusnya kamu memiliki pembantu dari kalangan Malaikat. Kalau kamu seorang Rasul, harusnya kamu memiliki banyak harta dan tidak butuh mencari nafkah seperti kami. Kalau kamu seorang Rasul harusnya kamu bisa membuktikan ancaman-ancaman yang kamu sampaikan. Kalau kamu seorang Rasul, harusnya kamu menyempurnakan dirimu sehingga kami akan serta merta mengagumi keunggulanmu dan kami pasti akan senang hati mengikutimu.

Bila dalam bahasa dakwah sekarang ini, Mas atau Mbak, tidak usah dakwah-dakwah, sok mengajak, sekarang coba urus saja anak dan istri atau keluarga sendiri. Jadilah kaya dulu, dan buat kami melihat pribadimu yang menawan. Jangan coba-coba berdakwah kalo anda belum becus, kaya dan ahli menangani bisnis. Jangankan menangani bisnis, punya saja belum, sudah mau berdakwah! 

Jangan berdakwah dan sok mengajak, baca Quran saja belum lancar! Jangan sok suci dulu, hadits saja masih mengutip sana dan sini dari buku ini dan itu. Nasihat itu laksanakan dulu, jangan disebarluaskan, jangan jadi orang munafik dech!. Jadilah dulu orang yang berhasil, baru nanti kami pasti akan mengikuti dengan serta merta. Sekarang urus saja diri sendiri dulu. Dakwahnya nanti-nanti saja kalau sudah sukses.


Tapi apa balasan Allah tentang hal ini?

Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka, niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.(QS. 6: 111)

Tetap mengajak, tetap belajar memperbaiki diri dan tetap rendah hati, kita ini dituntut oleh Allah untuk berusaha mengajak sesama manusia ke arah kebaikan. 

Wallahu A’lam Bish Showab
  
         

No comments:

Post a Comment