Fenomena
ini pernah terjadi dan kadang berulang terjadi dalam hidupku. Sebuah pikiran
yang muncul entah dari mana. Seolah-olah pikiran ini adalah sebuah pikiran yang
benar dan pantas untuk diikuti. Sebuah keinginan agar berdakwah itu hanya wajib
bagi mereka yang telah sempurna. Sementara bagi kebanyakan kita tidak perlu
susah-susah ikut berdakwah. Kenapa? Karena kita bukan manusia yang sempurna.
Kita masih punya banyak salah dan kekurangan. Jadi daripada berdakwah kepada
orang lain, lebih baik memperbaiki diri dan keluarga saja. Itu sudah cukup.
Tidak perlu neko-neko.
Tapi
benarkah itu sebuah bisikan yang benar dari dalam jiwa yang jernih dan pikiran
yang tenang? Mungkin tidak. Karena sesungguhnya Rasulullah juga menghadapi
kondisi yang sama. Ia diminta oleh pembesar kaumnya untuk menjadi makhluk yang
sempurna sehingga mereka akan beriman kepadanya. Bahkan permintaan mereka jauh
lebih besar dan lebih tidak masuk akal.
Rasulullah
diminta untuk berdoa kepada Allah agar gunung-gunung yang membatasi mereka
disingkirkan. Dan kemudian tanah-tanah mereka memancarkan air sebagaimana
sungai-sungai yang ada di Irak dan Syria. “Kalau kamu memang benar utusan
Allah, bukankah itu mudah?” Begitu kata mereka.
“Kalau
tidak, coba minta dibangkitkan orang yang sudah mati sehingga mereka bisa
berbicara kepada kami tentang apa yang kau ucapkan. Dengan begitu kami akan
tahu bahwa pernyataanmu memang benar adanya”.
“Kalau
tidak, cobalah minta agar kau ditemani malaikat sehingga kami bisa mempercayai
apa yang kau sampaikan. Mintalah kepada-Nya agar kau diberikan kebun-kebun,
harta, dan istana yang terbuat dari emas dan perak. Sehingga kamu tidak perlu
berusaha di pasar sebagaimana kami. Barulah kami akan percaya bahwa kau adalah
seorang utusan Allah”
“Kalau
tidak, berikan saja ancaman yang kau janjikan. Jatuhkan langit kepada kami.
Kami tidak akan percaya sebelum kamu melakukannya”.
Bahkan
salah seorang di antara mereka berkata, “Demi Allah, aku tidak akan beriman
sebelum engkau memiliki tangga ke surga dan menaikinya dan aku melihatnya
dengan mata kepala kami sendiri”.
Artinya,
Muhammad kalau kamu memang seorang Rasul, kamu seharusnya sempurna, kamu
seharusnya bisa meminta ini dan itu kepada Tuhanmu. Kalau kamu seorang Rasul
harusnya kamu memiliki pembantu dari kalangan Malaikat. Kalau kamu seorang
Rasul, harusnya kamu memiliki banyak harta dan tidak butuh mencari nafkah
seperti kami. Kalau kamu seorang Rasul harusnya kamu bisa membuktikan
ancaman-ancaman yang kamu sampaikan. Kalau kamu seorang Rasul, harusnya kamu
menyempurnakan dirimu sehingga kami akan serta merta mengagumi keunggulanmu dan
kami pasti akan senang hati mengikutimu.
Bila
dalam bahasa dakwah sekarang ini, Mas atau Mbak, tidak usah dakwah-dakwah, sok
mengajak, sekarang coba urus saja anak dan istri atau keluarga sendiri. Jadilah
kaya dulu, dan buat kami melihat pribadimu yang menawan. Jangan coba-coba
berdakwah kalo anda belum becus, kaya dan ahli menangani bisnis. Jangankan menangani
bisnis, punya saja belum, sudah mau berdakwah!
Jangan
berdakwah dan sok mengajak, baca Quran saja belum lancar! Jangan sok suci dulu,
hadits saja masih mengutip sana dan sini dari buku ini dan itu. Nasihat itu
laksanakan dulu, jangan disebarluaskan, jangan jadi orang munafik dech!. Jadilah
dulu orang yang berhasil, baru nanti kami pasti akan mengikuti dengan serta
merta. Sekarang urus saja diri sendiri dulu. Dakwahnya nanti-nanti saja kalau
sudah sukses.
Tapi
apa balasan Allah tentang hal ini?
Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka,
dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan
(pula) segala sesuatu ke hadapan mereka, niscaya mereka tidak (juga) akan
beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak
mengetahui.(QS. 6:
111)
Tetap
mengajak, tetap belajar memperbaiki diri dan tetap rendah hati, kita ini
dituntut oleh Allah untuk berusaha mengajak sesama manusia ke arah kebaikan.
Wallahu
A’lam Bish Showab
No comments:
Post a Comment