“Belum
juga dijalani sudah takut duluan”. Kata-kata itu biasanya sering kuucapkan
untuk diriku sendiri. Tapi ternyata kalau keluar dari orang lain rasanya jauh
lebih menohok. “Mak jlebb”
Setiap
kali aku menulis atau memberikan materi kajian atau apapun, ada rasa-rasa ngeri
yang muncul. Bagaimana kalau nanti Allah mengujiku dengan apa yang kutulis,
kusampaikan dan kunasihatkan. Dan bagaimana bila nanti ternyata di ujian itu
aku tidak lulus. “Apa kata dunia?”
Yang
terbayang adalah, “Kajian tentang sabar, tapi kehilangan uang Rp 50 ribu saja
sudah panik”. “Memberikan nasihat tentang sedekah, tapi bersedekah Rp 100 ribu
saja beratnya minta ampun”. Menyampaikan bahwa semua yang terjadi adalah
ketentuan Allah, tapi ketika dapat musibah malah mengeluh.”
Akhirnya
muncullah pikiran, “Apa sebaiknya tidak usah menulis, mengisi kajian dan
menyampaikan nasihat saja ya? Kan nanti ujiannya jadi lebih ringan. Atau paling
tidak, tidak ada rasa bersalah ketika gagal dalam menjalani ujian kehidupan
dari Allah, karena kita tidak menyampaikan ke orang lain.
“Itu
namanya penakut”, kata istriku. “Semua yang kau khawatirkan itu khan belum
terjadi. Mau menyampaikan nasihat atau tidak, manusia hidup itu akan dapat
ujian. Mau menulis untuk mengajak kebaikan atau tidak, manusia semuanya akan
mengalami ujian. Kalau semua mendapatkan ujian, kenapa tidak memilih ujian yang
terbaik. Bukankah ujian juga menjadi bukti kebenaran yang kita ucapkan?”
Ya,
jiwa penakut itu kadang-kadang masih menggelayuti pikiranku, pun hingga aku
menuliskan tulisan ini. Karena aku yakin, nanti pasti akan muncul ujian dari
Allah untuk membuktikan, apakah aku ini sesuai dengan yang kuucapkan atau
kutuliskan atau tidak.
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan
(saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji
lagi?
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang
sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. 29: 2-3)
Tapi sekali
lagi, semua manusia hidup di dunia ini tidak lepas dari yang namanya ujian.
Terkadang menurut orang lain ujian kita berat, tapi ringan dalam pandangan
kita. Dan kadang juga menurut kita berat, ternyata bagi orang lain adalah
sesuatu yang mudah. Terus bila memang sama-sama diuji, kenapa takut dengan
ujian? Takut, menghindar dan lari pun tetap akan dapat ujian.
Terima
saja ujian, hadapi dengan penuh keyakinan bahwa Allah tidak menginginkan
keburukan bagi hamba-Nya.
Terima
kasih buat istriku yang mengingatkanku di masa-masa galau.
Wallahu
A’lam bish Showab
No comments:
Post a Comment