Monday, July 16, 2012

Penjelasan dari Tiga Cara Memimpin yang Membawa Kekalahan

Seorang pemimpin harus berhati-hati dengan caranya memimpin
Pertama, ketika seorang pemimpin tidak tahu bagaimana sebenarnya kualitas prajuritnya. Itu menandakan sebuah kualitas yang tidak sesuai bagi seorang pemimpin. Ia hanya berpikir untuk mengalahkan musuh namun tidak melakukan apapun untuk mewujudkannya.

 Ia adalah pemimpin yang tertipu. Ia tidak tahu kemampuan prajuritnya. Ia hanya merasa bangga sebagai seorang pemimpin dan sebagai pemimpin  ia merasa dirinya harus diikuti oleh prajuritnya. Dan siapapun tidak boleh membantah akan semua perintah yang diberikannya.

Alhasil, ketika ia memberikan sebuah perintah kepada bawahan atau prajuritnya ia tidak akan membuat prajuritnya bergerak. Mereka, para prajurit, meragukan keputusan dan perintahnya. Apakah pemimpinnya bersungguh-sungguh? Ia meminta mereka untuk pergi ke lautan api. Padahal ia para bawahannya memakai baju dari kertas. Bila tersentuh api sedikit saja, mereka tidak akan bisa selamat. Mereka merasa bahwa pemimpinnya menyodorkan dinginnya salju ketika mereka berbaju air.

Dan bila pemimpin seperti ini tidak merubah sikapnya, yang terjadi adalah pemberontakan. Akan muncul pemimpin-pemimpin lain baik dari bawahannya sendiri atau dari pihak luar yang akan mengimingi para prajuritnya. Dan akibatnya, habislah ia karena ketidaktahuannya.

 Kedua, dalam sebuah kerajaan posisi politik sangat berpengaruh. Bisa jadi dalam sebuah kerajaan, orang yang dianggap tidak penting adalah orang yang paling berpengaruh. Dan memang demikianlah pemerintahan kerajaan dan politik semua serba terselubung dalam jubah-jubah kebesaran yang terkadang tidak mudah untuk mengetahui siapa yang menggunakannya.

Sedangkan dalam militer (peperangan), kejelasan dan ketegasan adalah esensinya. Tidak ada baju kepura-puraan. Semua harus menunjukkan watak asli dan kepatuhannya. Seorang jendralpun harus memberikan keputusan dan perintah yang menunjukkan karakter yang jelas dan tegas.

Maka bila seorang pemimpin tidak tahu bahwa ada perbedaan-perbedaaan dalam memimpin prajurti dan memimpin kerajaan, ia akan ditinggalkan oleh prajuritnya. Mereka merasa gelisah karena tidak ada lagi orang yang harus ditaati. Mereka tidak tahu lagi kepada siapa mereka harus memberikan jiwa dan raganya. Dan bila ini terjadi maka bersiaplah untuk menghadapi desas-desus bahwa sang pemimpin sebenarnya tidak becus dalam memberikan keputusan dan perintah. Di mata prajurit, pemimpinnya bukanlah seorang yang disegani. Ia akan ditinggalkan oleh prajuritnya.  

Ketiga, seorang kepala prajurit adalah seseorang yang memiliki kualitas tinggi yang diakui oleh prajurit lainnya. Ia muncul karena keunggulan, ia adalah seseorang yang dekat di hati para prajurit. Oleh karenanya, kepercayaan mereka sebenarnya bukan semata-mata kepada seorang jendral, tapi mereka percaya kepada kepala prajuritnya.

Bila sang kepala prajuritnya ternyata tidak dihargai dengan pantas oleh jendralnya, maka sebenarnya sang jendral sedang menggali kuburannya sendiri. Ia membuat para prajurit kehilangan kepercayaan. Bagaimana bila mungkin mereka berusaha dan memunculkan kualitas terbaik dan berharap menjadi kepala prajurit bila saat ini kepala prajurit yang mereka hargai diperlakukan tanpa adanya pembedaan atau pengakuan kualitas yang mumpuni. Mereka pasti akan merasa ogah-ogahan untuk melakukan yang terbaik.

Maka lengkaplah sudah faktor kekalahan bagi pasukan akibat kesalahan pemimpinnya.

Prajuritnya akan merasa bahwa pemimpinnya hanya memikirkan dirinya. Mereka juga tidak yakin bahwa pemimpinnya memberikan keraguan dalam memberikan perintah dan keputusan yang tidak jelas dan tega. Dan mereka juga merasa bahwa orang yang mereka kagumi tidak diakui dengan pengakuan yang sepantasnya.

Munculnya saling mencurigai dan akhirnya pemberontakan hanya menunggu waktu.

Bila ada yang belum membaca postingan sebelumnya silahkan klik di sini.

Wallhau A'lam bish showab    

  

No comments:

Post a Comment