Wednesday, June 15, 2011

مَنْ سَارَ عَلىَ الدَّرْبِ وَصَلَ

Barangsiapa berjalan di atas jalannya sampailah ia

Itu adalah mahfudzot nomor satu. Cukup ringkas dan jelas. Namun bila kita cari asal katanya sungguh akan banyak bermakna.
Berjalan yang dalam bahasa Arab adalah “saaro” sebenarnya bukan berjalan biasa. Begitu juga dengan “Ad-darbi” juga bukan jalan biasa. Keduanya sebenarnya berdasarkan arti katanya memiliki makna yang luar biasa.
“Saaro” sebenarnya dalam bahasa Arab diartikan berjalan di waktu malam. Sedangkan “Ad-darbi” artinya jalan yang terbentuk dengan alami karena ada beberapa orang yang telah melewati atau bisa disebut jalan setapak. Nah inilah luar biasanya.
Bagaimana mungkin orang yang berjalan di waktu malam dan di atas jalan setapak akan sampai.
Ketika hal ini kubandingkan dengan kusuksesan orang-orang yang ada di dunia ini, ternyata ada hal yang sama. Mereka juga berjalan di waktu malam di atas jalan setapak. Maka sampailah mereka pada kesuksesan.
Dengan kata lain. Orang yang sukses adalah orang yang berjalan di waktu malam di atas jalan setapak. Ia mungkin juga berjalan di waktu siang ketika banyak orang lain juga berjalan dan berlari. Tapi ketika malam datang ternyata ia tetap berjalan. Ia tetap berjalan ketika banyak orang yang lain sudah kembali beristirahat, lelah, tidur. Dengan resiko bahwa mungkin ia akan terjatuh, terperosok, dan terluka namun ia tetap berjalan di waktu malam.
Dan jelas ketika berjalan di tengah malam ia harus melakukannya dengan perlahan-lahan. Orang yang sukses sadar akan hal ini. Mereka akan menempuh kesuksesan dengan cara yang perlahan-lahan sambil menguatkan diri mereka. Sambil meningkatkan kapasitas mereka. Tidak berlari dan terburu-buru. Mereka sadar untuk meraih kesuksesan mereka ada hal-hal yang harus mereka persiapkan dan hal tersebut tidak bisa dilaksanakan dengan terburu-buru.
Ketika berjalan di atas jalan setapak sudah terbayang bahwa jalan ini bukanlah jalan yang umum dilalui orang. Orang pada umumnya tidak berkeinginan untuk melewati jalan ini. Mereka (orang pada umumnya) lebih senang dengan jalan yang bersih, tidak berbatu, bahkan lurus-lurus saja. Sementara jalan setapak, bisa jadi ada duri, batu, lobang, tanjakan, semak dan lain sebagainya. Dan memang jalan kesuksesan begitulah adanya tidak banyak yang melewati. Tidak banyak yang mengetahuianya. Tidak banyak yang ingin melewati. Namun akibat jalan setapak itulah para peraih kesuksesan mendapatkan pelajaran yang tidak didapatkan oleh pejalan raya dan pejalan tol.
Mereka mendapatkan pelajaran tentang kehidupan, pelajaran tentang arti kesuksesan, pelajaran tentang rasa sakit, dan sulitnya bangkit setelah jatuh.
Maka apakah anda akan berjalan di waktu malam di atas jalan setapak sebagaimana para peraih kesuksesan?
Wallahu A’lam

No comments:

Post a Comment