Friday, June 3, 2011

Manusia akan Selalu Tetap Menjadi Manusia

Judul di atas muncul atas kegundahan akan buah pikiran yang lalu lalang dalam otakku. Aku tidak membayangkan hal-hal seperti ini akan terjadi dalam hidupku. Aku membayangkan sesuatu yang mungkin tidak bisa kutemui saat ini.

Dulu aku membayangkan bahwa setelah aku menikah aku akan bahagia. Arti bahagia menurutku adalah bahwa istriku akan melayaniku dengan penuh cinta dan kasih sayang. Ia akan merawatku sepenuh hati. Ia akan mendukung setiap pikiran dan tindakanku. Dia akan senantiasa mengiyakan apa yang kuusulkan.

Nyatanya....

Walaupun kini aku bahagia, bahkan lebih bahagia dari yang kubayangkan. Bukan karena yang kubayangkan kini telah terwujud dengan sempurna. Karena ternyata banyak hal yang berbeda. Terkadang aku masih harus cuci baju, aku harus cuci piring, memasak, dan bahkan memijat. Tapi aku bahagia. Padahal bayangan dilayani itu tidak terwujud.

Aku dalam sebuah saat tersadar. Bahwa seorang perempuan betapapun berimannya ia, ia tetap adalah seorang perempuan. ia senang berbelanja, ia senang bercerita, ia senang dimanja. Pun sebaliknya dengan diriku, betapapun baiknya seorang laki-laki ia tidak meningkat levelnya menjadi seorang malaikat. Ia tetap seorang laki-laki yang gila terhadap permainan atau game, senang dengan dunia maskulin, senang dengan permainan sepak bola.

Maka aku mengingatkan kepada diriku dan orang-orang yang akan menginjak, sedang dan telah melewati masa ijab kabul, bahwa anda sedang berdampingan dengan seorang manusia. Bukan seorang bidadari yang senantiasa tersenyum apapun perlakuan anda. Bukan malaikat yang senantiasa patuh akan perintah dari tuhannya. Ia adalah seoarang manusia sebagaimana manusia lainnya, perempuan lainnya, dan laki-laki lainnya.

Seorang istri atau perempuan tetap membutuhkan perhatian, kasih sayang, dimanja, dituruti, dan senang dengan harta. Itu sudah menjadi kodrat dari seorang perempuan.

Seorang suami atau laki-laki, tetap membutuhkan ruang kesendirian, ego kekuasaan, ruang aktivasi fisik dan keinginan untuk bermain-main dan dilayani. Itu sudah menjadi kodrat dari seorang laki-laki.

Ketika kita membayangkan bahwa kita akan memiliki suami seorang malaikat tampan yang selalu akan menuruti istri. Sadarlah bahwa ia tetap seorang manusia! Ia mungkin nanti akan menduakan dengan sepak bola, game dan permainan konyol lainnya. Terimalah kebaikan dan keburukannya sebagai bagian dari ujian yang diberikan Allah kepada kita.

Ketika kita membayangkan bahwa kita akan memiliki istri seorang bidadari yang senantiasa ridho dan tersenyum kepada kita, segera sadarlah. Ia tetap seorang manusia. Ia kadang memiliki kebaikan dan keburukan. Terimalah keduanya sebagai bagian tak terpisahkan dan sebagai ujian bagi kita suaminya.

Istri kita adalah istri kita dan ia tetap adalah seorang manusia biasa, bukan bidadari. Suami kita adalah suami kita dan ia tetap adalah seorang manusia biasa, bukan malaikat.

Wallahu A'lam

No comments:

Post a Comment