Tuesday, June 14, 2011

Kalimat yang Paling Ditakuti Pimpinan

Oleh Linda Hill & Kent Lineback
Dari HBR blog
Bila anda sekarang adalah seorang manajer atau pimpinan, kapan terakhir kali anda mengucapkan kalimat-kalimat ini:
“Saya tidak tahu”
“Saya yang salah”
“Maaf ya”
“Bisakah kamu menolongku?”
“Bagaimana menurut pendapatmu?”
“Bisa kau jelaskan kepadaku tentang hal ini. Aku kok tidak mengerti?”
Siapapun ia, baik bos atau bukan tidak senang mengakui bahwa ia tidak tahu, ia tidak bisa. Tapi bila ia menghindar dari mengakui hal-hal tersebut, ia akan mengalami penurunan efektifitas sebagai seorang pimpinan.
Contoh, Ita seorang guru yang telah meluluskan 100% siswa kelas enam selama empat tahun berturut-turut diangkat menjadi seseorang yang bertanggung jawab dalam penentuan kurikulum sekolah. Ia menganggap bahwa pelajaran yang diberikan di kelas satu dan dua selama ini terlalu banyak bermain dari pada belajar.
Ia tidak tahu bahwa pada usai kelas satu dan dua memang bermain yang diutamakan untuk meningkatkan perkembangan sang anak. Ketika ia menyusun kurikulum bagi siswa kelas satu dan dua, para guru mempertanyakan keputusannya. Ia bersikukuh posisinya yang sekarang adalah karena kemampuannya dalam meluluskan siswa kelas enam memegang peranan yang penting. Ia melihat banyak guru yang tidak senang dengan keputusannya.
Suatu ketika ia bertanya kepada salah seorang guru kelas satu tentang proses belajar mengajar di kelas satu. Ia kemudain baru mengerti bahwa bermain adalah sesuatu yang penting dalam belajar bagi usia anak kelas satu SD.
Kemudian dalam kesempatan berbeda ia kemudian lebih sering mendengar usulan dari para guru. Dan para guru kemudian tidak mempertanyakan keputusan yang ia buat. Sehingga ketegangan dalam rapat-rapat kini jarang terjadi lagi.
Jadi orang yang tidak mengakui kelemahannya akan menjadi orang yang tidak mau belajar. Hal ini kebalikan dari kisah di atas akan berpotensi membuat ketegangan antar personal dalam organisasi semakin meningkat.
Alasan kedua kenapa anda sebaiknya menghindar untuk mengakui bahwa anda tidak bisa adalah masalah kepercayaan. Dasar dalam memimpin sebuah organisasi adalah kemampuan pimpinan dalam mempengaruhi yang dibawahnya agar mempercayai mereka sebagai pimpinan, kepercayaan bahwa anda sebagai pimpinan telah melakukan hal yang benar.
Bila seorang pimpinan tidak tahu tapi berpura-pura tahu di hadapan orang yang memiliki keahlian lebih dari pada kita akan membuat kepercayaan mereka cepat pudar. Orang-orang sebenarnya tahu bahwa pimpinannya tidak tahu akan semua hal. Mereka tahu ketika pimpinannya melakukan kesalahan atau membutuhkan bantuan.
Intinya ada dua sisi dalam permasalahan ini, di satu sisi, bawahan akan menghargai dan menghormati kesadaran akan kelemahan dan keinginan pimpinan untuk belajar. Tanpa hal tersebut akan banyak bawahan yang tidak percaya. Di sisi lain, terlalu banyak ekspresi kelemahan, terlalu sering melakukan kesalahan juga akan meningkatkan ketidakpercayaan bawahan kepada pimpinannya.

No comments:

Post a Comment