Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Taqobbalallahu minna wa minkum kepada anda sekalian yang telah selama ini menunggu dan menunggu. Selama Ramadhan saya mohon maaf belum bisa memberikan update tulisan-tulisan baru karena memang pekerjaan di kantor masih banyak yang belum terselesaikan.
Permohonan maaf juga saya sampaikan bila selama ini banyak tulisan yang masih amburadul dan bisa jadi ada yang menyinggung perasaan pembaca sekalian. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Untuk lebih menguatkan keinginan berbagai pengetahuan terkait inti hidup ini, maka saya insya Allah berhijrah dari blogger ke Wordpress.
Berikut adalah alamat Wordpress saya
Semoga bisa lebih bermanfaat
Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Inti Hidup
Mencari inti hidup dari Ayat-ayat Quran, serial Mahfudzot, serial Sun Tzu, serial HBR (Harvard Business Review), kehidupan sehari-hari dan sebagainya
Saturday, September 1, 2012
Thursday, July 19, 2012
Itu Namanya Penakut?!!
“Belum
juga dijalani sudah takut duluan”. Kata-kata itu biasanya sering kuucapkan
untuk diriku sendiri. Tapi ternyata kalau keluar dari orang lain rasanya jauh
lebih menohok. “Mak jlebb”
Setiap
kali aku menulis atau memberikan materi kajian atau apapun, ada rasa-rasa ngeri
yang muncul. Bagaimana kalau nanti Allah mengujiku dengan apa yang kutulis,
kusampaikan dan kunasihatkan. Dan bagaimana bila nanti ternyata di ujian itu
aku tidak lulus. “Apa kata dunia?”
Yang
terbayang adalah, “Kajian tentang sabar, tapi kehilangan uang Rp 50 ribu saja
sudah panik”. “Memberikan nasihat tentang sedekah, tapi bersedekah Rp 100 ribu
saja beratnya minta ampun”. Menyampaikan bahwa semua yang terjadi adalah
ketentuan Allah, tapi ketika dapat musibah malah mengeluh.”
Akhirnya
muncullah pikiran, “Apa sebaiknya tidak usah menulis, mengisi kajian dan
menyampaikan nasihat saja ya? Kan nanti ujiannya jadi lebih ringan. Atau paling
tidak, tidak ada rasa bersalah ketika gagal dalam menjalani ujian kehidupan
dari Allah, karena kita tidak menyampaikan ke orang lain.
“Itu
namanya penakut”, kata istriku. “Semua yang kau khawatirkan itu khan belum
terjadi. Mau menyampaikan nasihat atau tidak, manusia hidup itu akan dapat
ujian. Mau menulis untuk mengajak kebaikan atau tidak, manusia semuanya akan
mengalami ujian. Kalau semua mendapatkan ujian, kenapa tidak memilih ujian yang
terbaik. Bukankah ujian juga menjadi bukti kebenaran yang kita ucapkan?”
Ya,
jiwa penakut itu kadang-kadang masih menggelayuti pikiranku, pun hingga aku
menuliskan tulisan ini. Karena aku yakin, nanti pasti akan muncul ujian dari
Allah untuk membuktikan, apakah aku ini sesuai dengan yang kuucapkan atau
kutuliskan atau tidak.
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan
(saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji
lagi?
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang
sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. 29: 2-3)
Tapi sekali
lagi, semua manusia hidup di dunia ini tidak lepas dari yang namanya ujian.
Terkadang menurut orang lain ujian kita berat, tapi ringan dalam pandangan
kita. Dan kadang juga menurut kita berat, ternyata bagi orang lain adalah
sesuatu yang mudah. Terus bila memang sama-sama diuji, kenapa takut dengan
ujian? Takut, menghindar dan lari pun tetap akan dapat ujian.
Terima
saja ujian, hadapi dengan penuh keyakinan bahwa Allah tidak menginginkan
keburukan bagi hamba-Nya.
Terima
kasih buat istriku yang mengingatkanku di masa-masa galau.
Wallahu
A’lam bish Showab
Wednesday, July 18, 2012
Gak Usah Dakwah Dech kalau Belum Begini dan Begitu.....
Fenomena
ini pernah terjadi dan kadang berulang terjadi dalam hidupku. Sebuah pikiran
yang muncul entah dari mana. Seolah-olah pikiran ini adalah sebuah pikiran yang
benar dan pantas untuk diikuti. Sebuah keinginan agar berdakwah itu hanya wajib
bagi mereka yang telah sempurna. Sementara bagi kebanyakan kita tidak perlu
susah-susah ikut berdakwah. Kenapa? Karena kita bukan manusia yang sempurna.
Kita masih punya banyak salah dan kekurangan. Jadi daripada berdakwah kepada
orang lain, lebih baik memperbaiki diri dan keluarga saja. Itu sudah cukup.
Tidak perlu neko-neko.
Tapi
benarkah itu sebuah bisikan yang benar dari dalam jiwa yang jernih dan pikiran
yang tenang? Mungkin tidak. Karena sesungguhnya Rasulullah juga menghadapi
kondisi yang sama. Ia diminta oleh pembesar kaumnya untuk menjadi makhluk yang
sempurna sehingga mereka akan beriman kepadanya. Bahkan permintaan mereka jauh
lebih besar dan lebih tidak masuk akal.
Rasulullah
diminta untuk berdoa kepada Allah agar gunung-gunung yang membatasi mereka
disingkirkan. Dan kemudian tanah-tanah mereka memancarkan air sebagaimana
sungai-sungai yang ada di Irak dan Syria. “Kalau kamu memang benar utusan
Allah, bukankah itu mudah?” Begitu kata mereka.
“Kalau
tidak, coba minta dibangkitkan orang yang sudah mati sehingga mereka bisa
berbicara kepada kami tentang apa yang kau ucapkan. Dengan begitu kami akan
tahu bahwa pernyataanmu memang benar adanya”.
“Kalau
tidak, cobalah minta agar kau ditemani malaikat sehingga kami bisa mempercayai
apa yang kau sampaikan. Mintalah kepada-Nya agar kau diberikan kebun-kebun,
harta, dan istana yang terbuat dari emas dan perak. Sehingga kamu tidak perlu
berusaha di pasar sebagaimana kami. Barulah kami akan percaya bahwa kau adalah
seorang utusan Allah”
“Kalau
tidak, berikan saja ancaman yang kau janjikan. Jatuhkan langit kepada kami.
Kami tidak akan percaya sebelum kamu melakukannya”.
Bahkan
salah seorang di antara mereka berkata, “Demi Allah, aku tidak akan beriman
sebelum engkau memiliki tangga ke surga dan menaikinya dan aku melihatnya
dengan mata kepala kami sendiri”.
Artinya,
Muhammad kalau kamu memang seorang Rasul, kamu seharusnya sempurna, kamu
seharusnya bisa meminta ini dan itu kepada Tuhanmu. Kalau kamu seorang Rasul
harusnya kamu memiliki pembantu dari kalangan Malaikat. Kalau kamu seorang
Rasul, harusnya kamu memiliki banyak harta dan tidak butuh mencari nafkah
seperti kami. Kalau kamu seorang Rasul harusnya kamu bisa membuktikan
ancaman-ancaman yang kamu sampaikan. Kalau kamu seorang Rasul, harusnya kamu
menyempurnakan dirimu sehingga kami akan serta merta mengagumi keunggulanmu dan
kami pasti akan senang hati mengikutimu.
Bila
dalam bahasa dakwah sekarang ini, Mas atau Mbak, tidak usah dakwah-dakwah, sok
mengajak, sekarang coba urus saja anak dan istri atau keluarga sendiri. Jadilah
kaya dulu, dan buat kami melihat pribadimu yang menawan. Jangan coba-coba
berdakwah kalo anda belum becus, kaya dan ahli menangani bisnis. Jangankan menangani
bisnis, punya saja belum, sudah mau berdakwah!
Jangan
berdakwah dan sok mengajak, baca Quran saja belum lancar! Jangan sok suci dulu,
hadits saja masih mengutip sana dan sini dari buku ini dan itu. Nasihat itu
laksanakan dulu, jangan disebarluaskan, jangan jadi orang munafik dech!. Jadilah
dulu orang yang berhasil, baru nanti kami pasti akan mengikuti dengan serta
merta. Sekarang urus saja diri sendiri dulu. Dakwahnya nanti-nanti saja kalau
sudah sukses.
Tapi
apa balasan Allah tentang hal ini?
Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka,
dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan
(pula) segala sesuatu ke hadapan mereka, niscaya mereka tidak (juga) akan
beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak
mengetahui.(QS. 6:
111)
Tetap
mengajak, tetap belajar memperbaiki diri dan tetap rendah hati, kita ini
dituntut oleh Allah untuk berusaha mengajak sesama manusia ke arah kebaikan.
Wallahu
A’lam Bish Showab
Monday, July 16, 2012
Penjelasan dari Tiga Cara Memimpin yang Membawa Kekalahan
![]() |
Seorang pemimpin harus berhati-hati dengan caranya memimpin |
Pertama,
ketika seorang pemimpin tidak tahu bagaimana sebenarnya kualitas prajuritnya. Itu
menandakan sebuah kualitas yang tidak sesuai bagi seorang pemimpin. Ia hanya
berpikir untuk mengalahkan musuh namun tidak melakukan apapun untuk mewujudkannya.
Ia
adalah pemimpin yang tertipu. Ia tidak tahu kemampuan prajuritnya. Ia hanya
merasa bangga sebagai seorang pemimpin dan sebagai pemimpin ia merasa dirinya harus diikuti oleh
prajuritnya. Dan siapapun tidak boleh membantah akan semua perintah yang
diberikannya.
Alhasil,
ketika ia memberikan sebuah perintah kepada bawahan atau prajuritnya ia tidak
akan membuat prajuritnya bergerak. Mereka, para prajurit, meragukan keputusan
dan perintahnya. Apakah pemimpinnya bersungguh-sungguh? Ia meminta mereka untuk
pergi ke lautan api. Padahal ia para bawahannya memakai baju dari kertas. Bila
tersentuh api sedikit saja, mereka tidak akan bisa selamat. Mereka merasa bahwa
pemimpinnya menyodorkan dinginnya salju ketika mereka berbaju air.
Dan
bila pemimpin seperti ini tidak merubah sikapnya, yang terjadi adalah
pemberontakan. Akan muncul pemimpin-pemimpin lain baik dari bawahannya sendiri
atau dari pihak luar yang akan mengimingi para prajuritnya. Dan akibatnya,
habislah ia karena ketidaktahuannya.
Kedua,
dalam sebuah kerajaan posisi politik sangat berpengaruh. Bisa jadi dalam sebuah
kerajaan, orang yang dianggap tidak penting adalah orang yang paling
berpengaruh. Dan memang demikianlah pemerintahan kerajaan dan politik semua
serba terselubung dalam jubah-jubah kebesaran yang terkadang tidak mudah untuk
mengetahui siapa yang menggunakannya.
Sedangkan
dalam militer (peperangan), kejelasan dan ketegasan adalah esensinya. Tidak ada baju
kepura-puraan. Semua harus menunjukkan watak asli dan kepatuhannya. Seorang
jendralpun harus memberikan keputusan dan perintah yang menunjukkan karakter
yang jelas dan tegas.
Maka
bila seorang pemimpin tidak tahu bahwa ada perbedaan-perbedaaan dalam memimpin
prajurti dan memimpin kerajaan, ia akan ditinggalkan oleh prajuritnya. Mereka
merasa gelisah karena tidak ada lagi orang yang harus ditaati. Mereka tidak
tahu lagi kepada siapa mereka harus memberikan jiwa dan raganya. Dan bila ini
terjadi maka bersiaplah untuk menghadapi desas-desus bahwa sang pemimpin
sebenarnya tidak becus dalam memberikan keputusan dan perintah. Di mata
prajurit, pemimpinnya bukanlah seorang yang disegani. Ia akan ditinggalkan oleh
prajuritnya.
Ketiga,
seorang kepala prajurit adalah seseorang yang memiliki kualitas tinggi yang
diakui oleh prajurit lainnya. Ia muncul karena keunggulan, ia adalah seseorang
yang dekat di hati para prajurit. Oleh karenanya, kepercayaan mereka sebenarnya
bukan semata-mata kepada seorang jendral, tapi mereka percaya kepada kepala
prajuritnya.
Bila
sang kepala prajuritnya ternyata tidak dihargai dengan pantas oleh jendralnya,
maka sebenarnya sang jendral sedang menggali kuburannya sendiri. Ia membuat
para prajurit kehilangan kepercayaan. Bagaimana bila mungkin mereka berusaha
dan memunculkan kualitas terbaik dan berharap menjadi kepala prajurit bila saat
ini kepala prajurit yang mereka hargai diperlakukan tanpa adanya pembedaan atau
pengakuan kualitas yang mumpuni. Mereka pasti akan merasa ogah-ogahan untuk
melakukan yang terbaik.
Maka
lengkaplah sudah faktor kekalahan bagi pasukan akibat kesalahan pemimpinnya.
Prajuritnya
akan merasa bahwa pemimpinnya hanya memikirkan dirinya. Mereka juga tidak yakin
bahwa pemimpinnya memberikan keraguan dalam memberikan perintah dan keputusan
yang tidak jelas dan tega. Dan mereka juga merasa bahwa orang yang mereka
kagumi tidak diakui dengan pengakuan yang sepantasnya.
Munculnya
saling mencurigai dan akhirnya pemberontakan hanya menunggu waktu.
Bila ada yang belum membaca postingan sebelumnya silahkan klik di sini.
Bila ada yang belum membaca postingan sebelumnya silahkan klik di sini.
Wallhau A'lam bish showab
Tuesday, July 10, 2012
Tiga Cara Memimpin yang Membawa Kekalahan (Bab 3, Bagian 2 Sun Tzu's The Art of War)
![]() | ||
Kekalahan, bisa diakibatkan oleh kesalahan cara memimpin |
1. Dengan
memberi perintah kepada pasukan tanpa memperhatikan bahwa pasukannya tidak bisa
mematuhi. Hal ini dinamakan menjalankan pasukan dengan lemah.
2. Dengan
memberi perintah kepada pasukan dengan cara yang sama mengatur kerajaan tanpa memperhatikan perbedaan yang ada di dalam pasukan.
Hal ini akan membuat kegelisahan muncul dalam pikiran prajurit.
3. Dengan
memperlakukan kepala pasukannya sama seperti prajurit biasa tanpa pandang bulu
tanpa memperhatikan prinsip-prinsip militer yang harus beradaptasi terhadap
kondisi-kondisi tertentu. Hal ini akan menggoyahkan kepercayaan diri para
prajurit.
Ketika
pasukan gelisah dan ragu, permasalahan akan datang dari pihak lain. Dan bila
pihak lain sudah ikut bermain, akan muncul kekerasan dalam pasukan dan
kemenangan tidak akan tercapai.
Bagaimana menurut anda bila dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silahkan share pendapat anda di comment yang ada di bawah
Bagi yang masih kebingungan selanjutnya akan dijelaskan di sini
Bagi yang masih kebingungan selanjutnya akan dijelaskan di sini
Wallahu A'lam
Monday, July 9, 2012
Rekor Itu akan Terpecahkan
![]() |
Kemenangan Spanyol di Piala Eropa 2012 (flickr.com) |
Judul itu memang sengaja muncul ketika menggambarkan
kedigdayaan Spanyol dalam dunia sepak bola saat ini. Meski negara mereka sedang
lesu-lesunya dalam bidang ekonomi, kemenangan mereka dalam Piala Eropa 2012
dirayakan di seluruh daratan Spanyol.
Saya ingin memberikan sebuah gambaran lain. Dulu di cabang
olah raga lari sebelum tahun 1954 ada sebuah keyakinan bahwa tidak mungkin
seseorang bisa lari 1 mil dalam waktu kurang dari empat menit. Dan kenyataan
ini telah bertahan selama 400 tahun.
Rekor lari tercepat itu seakan-akan tidak mungkin
terpecahkan. Tetapi kemudian muncullah seorang yang bernama Roger Bannister.
Tidak ada yang istimewa dari seorang Roger Bannister yang lulusan Oxford. Di
jaman itu masih banyak atlet-atlet lain yang lebih baik dari pada dia. Namun
Bannister tidak kecil hati. Selain berlatih secara fisik, ia juga berlatih
secara mental. Ia memvisualisasikan bahwa ia memecahkan rekor tersebut.
Lalu tepat pada tanggal 6 Mei 1954, Ia memecahkan rekor
dengan lari sejauh satu mil dalam waktu tiga menit 54 detik. Tapi bukan itu
yang mengagumkan. Ternyata setelah ia memecahkan rekor itu, pada tahun yang
sama 37 orang telah memecahkan rekornya. Dan pada tiga tahun selanjutnya lebih
dari 300 pelari berhasil melakukannya. Rekor Bannister tidak terasa hebat lagi.
Banyak orang yang melihat bahwa sejarah Italia yang tidak
terkalahkan ketika bertemu Spanyol akan tidak bisa dipecahkan. Mereka melihat
bahwa rekor itu tidak akan berubah. Spanyol akan dikalahkan oleh Italia di
final Piala Eropa 2012.
Namun yang dilakukan Spanyol adalah membuat sebuah rekor
baru, Memenangkan Piala Eropa 2008, Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012.
Sebuah rekor yang mungkin akan tetap berlanjut di Piala Dunia 2014 menurut
prediksi banyak komententor.
Namun saya yakin sebagaimana rekor Bannister tercetak, dalam
waktu dekat akan banyak orang yang akan terlampaui. Begitu juga dengan
pencapaian Spanyol kali ini. Ia juga akan terlampaui dalam waktu dekat.
Tapi harus diingat bahwa jauh dan dekatnya waktu antara lari
dan sepak bola sangat jauh berbeda. Bila even lari bisa dilaksanakan berulang
kali dalam setahun sepak bola mungkin memiliki perguliran yang agak lama,
mungkin 10 atau 20 tahun. Tapi yang jelas rekor Spanyol itu akan kembali
terpecahkan hingga orang menemukan kembali hambata dalam pikiran mereka bahwa
rekor itu tidak akan terpecahkan.
Siapakah nanti yang akan mencetak rekor melebihi era
Spanyol? Apakah ia berasal juga dari Eropa? Kembali ke Brasil? Atau dari
Afrika? Atau bahkan dari Eropa? Atau, kalau boleh membayangkan, mungkinkah
Indonesia?
Dan pertanyaan selanjutnya adalah, latihan apa yang telah
kita lakukan untuk mewujudkan itu semua?
Wallahu A’lam Bish
Thursday, July 5, 2012
Menyerang dengan Muslihat, Bab III Sun Tzu's The Art of War (bag I)
Sun
Tzu berkata: dalam perang, yang terbaik adalah menguasai / mengambil alih
seluruh negeri musuh secara keseluruhan; meluluhlantakkan negeri musuh adalah
sesuatu yang jelek. Begitu juga mengambil alih seluruh pasukan lebih baik
daripada membinasakannya, menangkap daerah, detasemen atau kelompok secara
keseluruhan lebih baik daripada menghancurkan semuanya.
Maka
bertarung dan menghancurkan musuh dalam semua perang bukan kemenangan yang sempurna;
kemenangan yang sempurna adalah mematahkan perlawanan tanpa bertempur.
Maka,
bentuk tertinggi ke-jendral-an seseorang adalah kemampuan menyurutkan rencana
musuh; tingkat di bawahnya adalah mencegah bersatunya kekuatan-kekuatan musuh; tingkat
di bawahnya lagi adalah menyerang musuh di medan terbuka; dan tingkat terendah adalah
mengepung kota yang berbenteng.
Hindari
mengepung kota yang memiliki benteng. Menyiapkan perlengkapan, tenda, dan
berbagai peralatan perang akan memakan waktu tiga bulan; membuat tangga setinggi
benteng akan memakan waktu tiga bulan lagi.
Bila seorang
jendral tidak mampu mengontrol emosinya, ia akan memerintahkan menyerang
seperti segerombol semut, ini akan membuat 1/3 pasukannya mati, sementara kota
yang diserang tetap tidak bergeming. Itulah efek buruk pengepungan.
Oleh
sebab itu pemimpin yang ahli, menaklukkan pasukan musuh tanpa berperang; dia
menguasai kota-kota tanpa mengepung, dia menaklukkan kerajaan tanpa waktu yang
lama di medan pertempuran. Dengan tidak berkurangnya pasukan, dia menunjukkan keahliannya
menguasai negara. Dan juga, tanpa kehilangan pasukan, kemenangannya akan
menjadi lengkap. Inilah cara menyerang dengan tipu muslihat.
Dalam
pertempuran ada aturan, bila kekuatan kita dengan musuh 10:1, maka kita akan
mengepungnya. Bila 5:1 kita akan menyerangnya. Dan bila dua kali lipat pasukan
kita, maka kita membagi pasukan kita menjadi dua.
Bila
pertarungan berimbang, kita bisa memilih; bila jumlah kita lebih kecil, kita
bisa menghindari musuh; bila jumlahnya tidak seimbang, kita bisa lari.
Jadi,
meski pertarungan yang sengit bisa dilakukan oleh pasukan yang kecil, akhirnya
pertarungan itu pasti diakhiri dengan dikalahkannya pasukan kecil oleh pasukan
yang lebih besar.
Sekarang,
jendral adalah keamanan sebuah negara; bila keamanannya sempurna di semua lini,
negara akan menjadi kuat; bila keamanannya ada yang rusak; negara akan menjadi
lemah.
Subscribe to:
Posts (Atom)